Isu Terkini

Banjir Bengkulu dan Kondisi Alam di Lokasi Kejadian

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Wilayah Provinsi Bengkulu diterjang banjir sekaligus longsor yang terjadi pada Jumat, 26 April 2019 malam hingga Sabtu, 27 April 2019 lalu. Setidaknya ada 8 kabupaten yang terdampak bencana tersebut. Musibah itu menyebabkan puluhan orang meninggal dunia serta hilang, dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan rusak, tidak berfungsi.

Tak hanya itu saja, ditengah bencana banjir tersebut, Bengkulu juga diguncang gempa bumi dengan kekuatan 5,3 SR yang terjadi di Kabupaten Seluma, Bengkulu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan gempa terjadi pada Sabtu, 27 April 2019 pukul 20.04 WIB. Lokasi gempa ada di koordinat 4,44 lintang selatan (LS) dan 101,99 bujur timur (BT).

Pusat gempa tersebut ada di laut 76 km arah barat daya Seluma pada kedalaman 11 km. Untungnya, gempa tersebut disebutkan tak berpotensi menimbulkan tsunami.

Korban meninggal akibat banjir itu pun terus bertambah. Menurut kabar terbaru, saat ini ada total 29 orang meninggal dan 13 orang lainnya hilang akibat bencana ini. “Data terbaru jumlah korban jiwa sudah mencapai 29 orang dengan jumlah korban terbanyak di Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak 22 orang,” kata Kepala BPBD Provinsi Bengkulu, Rusdi Bakar, seperti dikutip dari Antara, Senin, 29 April 2019.

Rusdi menjelaskan bahwa data tersebut diperbarui tim hingga Senin, 29 April 2019, pukul 07.00 WIB. Hingga kini pun proses pencarian korban lainnya masih berlangsung. Ia mengatakan korban terbanyak berada di Kabupaten Bengkulu Tengah yang meninggal akibat tanah longsor yang terjadi di kaki Gunung Bungkuk Kabupaten Bengkulu Tengah.

Lalu, korban meninggal lainnya terdapat di Kabupaten Kepahiang sebanyak tiga orang, Kabupaten Lebong satu orang dan Kota Bengkulu tiga orang. Selain itu ada 13 orang yang hingga saat ini belum ditemukan yaitu satu di Kabupaten Kaur, dua di Kota Bengkulu, dan 10 di Kabupaten Bengkulu Tengah. “Pencarian korban hilang ini terus dilakukan tim pencari dan penyelamat yang bergotong-royong dengan warga setempat,” ujarnya.

Rusdi mengatakan bahwa khusus di Bengkulu Tengah, dua Kecamatan masih terisolir yaitu Kecamatan Merigi Sakti dan Kecamatan Pagar Jati karena akses jalan tertutup material longsor. Dampak banjir dan longsor di Bengkulu membuat 13.000 jiwa terdampak dan 12.000 jiwa di antaranya harus mengungsi.

BMKG Jelaskan Fenomena Banjir di Bengkulu

Sebelumnya, BMKG memberikan penjelasan secara ilmiah terkait banjir yang secara merata melanda Provinsi Bengkulu. Menurut BMKG, hujan ekstrem yang melanda Bengkulu dan menyebabkan banjir, disebabkan oleh aktivitas iklim Osilasi Madden-Julian (OMJ), sebuah fenomena alam yang secara ilmiah mampu meningkatkan suplai massa udara basah di sebagian besar wilayah Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan, potensi cuaca ekstrem memang diproyeksikan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga 2 Mei 2019 mendatang, salah satunya adalah Bengkulu di Pulau Sumatra. Ia mengatakan bahwa hal ini tidak lepas dari aktivitas OMJ.

Lebih lanjut, Mulyono menjelaskan bahwa sebetulnya aktivitas OMJ bisa terjadi kapan pun karena kondisi ini merupakan bentuk osilasi dengan periode ulang 30-90 hari. Kemunculan OMJ diawali di bagian barat Samudra India dan kemudian berjalan merambat ke arah barat melewati daratan Indonesia dan bergerak ke bagian barat Samudra Pasifik.

BMKG mengamati pusaran angin di Barat Daya Sumatera juga bisa terjadi sepanjang tahun, termasuk saat ini bulan April. Mulyono pun menduga kondisi sangat aktifnya OMJ, dengan magnitudo ~ 2,5 yang didukung oleh adanya pusaran angin di Barat Daya Sumatra, mampu membuat terbentuknya pertemuan angin di atas Jawa bagian barat dan memicu hujan lebat dan banjir pada akhir pekan ini.

“Dinamika kondisi angin tersebut dapat memudahkan terbentukan aktifitas konveksi di wilayah Indonesia terutama wilayah bagian barat,” kata Mulyono dalam siaran persnya, Minggu, 28 April 2019.

“Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin,” ujarnya.

Aktivis Lingkungan Soroti Keberadaan Tambang Batu Bara

Sementara itu, aktivis lingkungan ikut menyoroti penyebab banjir yang melanda sebagian besar wilayah Bengkulu. Tak hanya disebabkan cuaca ekstrem saja, menurut sejumlah aktivis lingkungan, musibah banjir di Bengkulu juga disebabkan faktor lingkungan, misalnya seperti aktivitas tambang batu bara.

“Banjir yang melanda hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu tidak bisa hanya ditimpakan pada hujan yang mengguyur daerah ini pada 26 April 2019 sejak siang hingga malam hari, tapi ada akar masalah yang harus diungkap, yaitu tambang batu bara di hulu Sungai Bengkulu,” kata Direktur LSM Kanopi Bengkulu Ali Akbar, yang dikutip Antara, Minggu, 28 April 2019.

Ali menjelaskan bahwa kawasan daerah aliran Sungai (DAS) Bengkulu di wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah telah habis dikaveling untuk pertambangan batu bara dan perkebunan sawit. Setidaknya ada total 8 perusahaan tambang batu bara di hulu sungai dan 1 perusahaan perkebunan sawit. Menurutnya, seluruh kawasan itu sudah kehilangan fungsi ekologis sehingga bencana yang terjadi di wilayah tersebut tidak hanya karena faktor alam, melainkan juga akibat campur tangan manusia berupa izin-izin industri ekstraktif di kawasan hulu sungai.

Maka dari itu, Ali menegaskan bahwa pemerintah harus mencabut izin pertambangan batu bara dan perkebunan sawit di hulu sungai. Menurutnya, bencana ini juga jadi tamparan keras bagi pemerintah daerah untuk membangun sesuai kaidah lingkungan dan menaati tata ruang.

Ali pun mencontohkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Teluk Sepang yang menabrak Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) karena proyek energi berbahan batu bara direncanakan hanya ada di Napal Putih, Bengkulu Utara.

“Pembangunan yang terlalu sembrono dan menihilkan dampak ekologis harus segera diakhiri, jangan jadikan hanya syarat di atas kertas karena saat bencana datang seluruh masyarakat yang akan menanggung akibatnya,” ujarnya.

Sementara itu, Manajer Kampanye Industri Ekstraktif Walhi Bengkulu, Dede Frastien, menambahkan bahwa aktivitas pertambangan batu bara berdampak buruk pada kerusakan hulu sungai. Sehingga kondisi itu pun membuat banjir melanda wilayah Bengkulu. “Bencana hari ini seharusnya menguatkan gugatan Walhi terhadap PT Kusuma Raya Utama, tambang yang mengeruk isi perut bumi di hulu Sungai Bengkulu,” kata Dede.

Sejumlah daerah yang terkena dampak banjir ialah Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepahiang, dan Kabupaten Rejang Lebong.

Share: Banjir Bengkulu dan Kondisi Alam di Lokasi Kejadian