General

Apa yang Perlu Diperbaiki Bawaslu untuk Debat Ketiga?

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Debat capres kedua dengan tema energi, pangan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, sudah selesai digelar oleh KPU di Hotel Sultan, Jakarta pada Minggu, 17 Februari 2019. Seperti pada debat pertama, debat kedua ini juga didapati sejumlah poin evaluasi yang harus dibenahi jelang digelarnya debat ketiga. Apa saja yang jadi sorotan?

Debat ketiga sendiri rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2019 dan berlokasi di tempat yang sama seperti debat kedua yakni di Hotel Sultan, Jakarta. Tema yang akan diangkat pada debat ketiga adalah tentang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan sosial budaya. Debat ketiga ini hanya akan dilakukan oleh calon wakil presiden.

Demi terlaksananya debat ketiga dengan lancar dan menarik, pihak-pihak terkait seperti KPU dan Bawaslu pun melakukan evaluasi serta memberi masukan. Evaluasi didasarkan pada hal-hal apa saja yang dinilai kurang maksimal, tak menarik, dan yang dianggap menggangu jalannya debat.

Bawaslu Beri Masukan untuk Debat Ketiga

Bawaslu sendiri memberikan masukan dan evaluasi bagi KPU setelah debat kedua capres dilaksanakan. Salah satu yang diusulkan adalah soal pengurangan jumlah pendukung dalam ruang debat. Menurut Bawaslu, jumlah penonton yang hadir saat debat kedua kemarin terlalu banyak dan ramai.

“Ada beberapa masukan yang akan diberikan seperti misalnya, kami akan meminta jumlah pendukung dalam ruangan itu dikurangi, karena jumlah kemarin itu cukup signifikan lah dalam proses debat,” kata anggota Bawaslu Fritz Edward Siregar di kantor Bawaslu, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 18 Februari 2019.

Baca Juga: Salah Kaprah Prabowo Soal Penambahan Jumlah Perkebunan Kelapa Sawit di Debat Pilpres

Tak hanya itu saja, Fritz juga mengatakan pihaknya akan meminta masing-masing tim kampanye dari kedua kubu, untuk dapat mengatur pendukungnya. Pasalnya, menurut Fritz, dalam debat kedua kemarin pendukung kedua kubu terlihat semakin panas.

“Kedua, ya mungkin kami akan memberikan rekomendasi kepada tim kampanye untuk dapat mengatur para pendukungnya. Termasuk juga yel-yel yang dipergunakan, sepertinya sudah mulai menunjukkan lebih panas dari pada sebelumnya,” ucapnya.

Selain itu, Fritz juga meminta moderator debat agar lebih bisa berinteraksi dengan peserta dan penonton. Interaksi itu, lanjut Fritz diperlukan agar dapat menghandle massa dalam ruang debat. Pasalnya, seperti yang terjadi di debat kedua, massa benar-benar riuh dan heboh.

“Ketiga, masukan mungkin bagaimana adanya interaksi antara moderator dengan peserta di dalam gedung. Mungkin teman-teman bisa lihat di luar, tapi kalau di dalam gedung saya melihat masih dibutuhkan peran moderator baik yang off maupun yang on air untuk bisa menghandle masa,” ujarnya.

Namun, Fritz mengatakan pihaknya juga memberikan apresiasi kepada KPU yang telah melaksanakan masukan Bawaslu dalam debat pertama. Di antaranya tidak lagi adanya pendukung di atas panggung pada saat debat. Saat itu, sejumlah penonton yang duduk di belakang pasangan capres-cawapres dinilai tak terlalu penting.

Baca Juga: Format Ideal Debat Capres: Serius tapi Santai

“Kami pertama mengapresiasi KPU yang sudah merespon beberapa masukan Bawaslu pada saat debat pertama, seperti suara lonceng di antara menitnya, kemudian seperti suporter yang di belakang Paslon,” kata Fritz.

Evaluasi soal Serangan Pribadi

Serangan secara personal yang diduga terjadi pada debat kedua antara capres pada Minggu, 17 Februari 2019 lalu itu juga jadi bahan evaluasi. Anggota Bawaslu Rahmat Bagja mengatakan pihaknya akan memberikan evaluasi dan rekomendasi yang akan dituangkan dalam sebuah surat yang mencakup tiga poin. Salah satu poinnya memuat soal serangan pribadi capres terhadap lawan saat debat.

Seperti yang ramai diberitakan sebelumnya, Jokowi dilaporkan ke Bawaslu atas tuduhan menyerang pribadi lawan dalam hal ini adalah Prabowo saat debat kedua. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dianggap menyerang Prabowo secara personal terutama soal kepemilikan lahan di sejumlah wilayah.

Meski begitu, Bagja mengatakan poin serangan pribadi itu hingga saat ini masih dalam pembahasan. “Nanti ada surat nanti kita dalam sehari dua hari ini. Tunggu aja,” kata Bagja di kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, Senin, 18 Februari 2019 malam.

“Ada tiga poin yang nanti kita bahas, yaitu teknis, supporter yang terlalu ramai. Terakhir ya salah satunya itu (serangan pribadi), kan lagi dibahas,” ujarnya.

KPU Pertimbangkan Kurangi Jumlah Penonton

Sementara itu, KPU RI mempertimbangkan opsi mengurangi atau menghilangkan pendukung dalam penyelenggaraan debat capres seperti yang diusulkan Bawaslu. Pasalnya dalam penyelenggaraannya kemarin, KPU melihat kedua kubu relawan saling meneriakkan yel-yel yang memecah konsentrasi kedua capres dan penonton di layar kaca.

Baca Juga: Jokowi Salah Data, Di Mana Kebakaran Hutan Terparah?

“Itu jadi masukan penting bagi kami dan akan kami evaluasi, pilihannya dua, jumlahnya dikurangi atau tidak sama sekali,” kata Komisioner KPU RI Viryan Aziz di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 18 Februari 2019.

KPU menilai bila kehadiran para relawan di dalam ruang debat malah mengganggu kondusifitas paslon dalam menyampaikan visi-misi mereka, maka opsi itu akan dipertimbangkan dan diterapkan pada debat ketiga nanti. Selain itu, KPU juga setidaknya akan mengurangi undangan kepada relawan menjadi 50 orang saja, jika opsi menghilangkan kehadiran relawan tidak mendapat persetujuan kedua kubu paslon.

“Ini kan kesempatan langkah setiap detik bermakna sehingga hal-hal seperti itu tak akan terulang, jadi catatan penting dari debat kedua terkait dengan para pendukung hadir,” ujarnya.

Dalam hal ini, harusnya para relawan sadar euforia yang mereka tunjukkan secara berlebihan justru berdampak pada adanya distorsi yang berpengaruh terhadap performa para kandidat capres dalam menyampaikan gagasannya. Sementara publik yang menyimak pun turut terganggu oleh kebisingan tersebut.

“Mestinya sadar itu mengganggu calon mereka. Yang jelas akan dikurangi sampai berapa, ada yang nyebut angka 50 bahkan ada masukan nggak usah lagi ada fans, kan ada nobar,” katanya

Seperti diketahui, dalam debat kedua antar capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Minggu, 17 Februari 2019 malam, para relawan yang hadir di dalam ruangan tak jarang mengeluarkan yel-yel mereka ketika capres yang didukung menjelaskan gagasannya. Bahkan, dua moderator yang mengatur suasana debat sibuk mengingatkan para relawan agar tetap tenang.

Share: Apa yang Perlu Diperbaiki Bawaslu untuk Debat Ketiga?