Isu Terkini

Anis Matta Deklarasikan GARBI, Apa Hubungannya dengan PKS?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

“Saya sudah close berbicara tentang PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mohon dimaklumi, kami sudah tutup buku masa lalu.”

Kalimat di atas diucapkan oleh ketua DPW PKS Bali H Mudjiono ketika diberitakan Radar Bali mengenai hubungannya dengan PKS saat ini. Seseorang yang akrab sehari-hari dipanggil dengan nama Ustadz Mudjiono tersebut nampak benar-benar sudah tidak lagi ingin memikirkan partai yang saat ini dipimpin oleh M Sohibul Iman itu.

H Mudjiono adalah salah satu dari segelintir kader PKS yang diberhentikan setelah bergabung dengan Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi). Kader lainnya adalah Ketua DPD PKS Kabupaten Wajo, Ambo Upe. Berdasarkan berita jpnn.com, Ambo menerima kabar diberhentikan melalui telepon hari Kamis (20/9) yang lalu. Berdasarkan apa yang Ambo tangkap, pemberhentian tersebut berhubungan dengan keikutsertaannya dalam Garbi.

“Saya hanya meraba-raba alasan itu, kemungkinan besar karena saya Garbi yang bertentangan dengan PKS,” ucap Ambo.

Tentu menjadi hal yang menarik karena ada kader-kader PKS, dengan jabatan yang juga cukup tinggi, justru rela diberhentikan karena bergabung dengan Garbi. Penasaran, Asumsi.co berusaha mengulas lebih dalam Garbi sebagai organisasi yang diinisiasikan oleh Anis Matta, Mantan Presiden PKS.

Sejarah Garbi

Meskipun baru diinisiasikan hari ini (22/10), Garbi sebenarnya bukanlah ide baru yang langsung tiba-tiba terbentuk begitu saja. Tempo pernah memberitakan kalau sebenarnya Garbi ini sudah ada sejak pemilu 2014, yaitu ketika Anis Matta masih menjabat sebagai presiden PKS. Saat itu, idenya masih bernama Arah Baru Indonesia (ABI). Beberapa pejabat PKS yang saat itu terlibat dalam pembentukan gagasan ABI di antaranya adalah Anis Matta, Mahfuz, Fahri Hamzah, Jazuli Juwaini, Sukamta, almarhum Taufik Ridlo, dan Mahfudz Abdurahman.

ABI pun kala itu justru dipersiapkan menjadi agenda PKS. Saat itu, gagasan sudah disosialisasikan ke pimpinan PKS wilayah setelah pemilu 2014. Namun ternyata, perpindahan kepemimpinan ke tangan Sohibul Iman turut melenyapkan ABI sebagai bagian dari agenda politik PKS. Justru ABI menjadi ‘musuh’ bagi pimpinan PKS era Sohibul Iman. Dituding sebagai gerakan mengkudeta PKS, banyak pengurus di daerah yang dicopot karena kedapatan mengikuti diskusi tentang ABI.

Ketiadaan wadah yang jelas membuat orang-orang yang telah menjadi bagian dari ABI membentuk Garbi. Perlu diingat kalau sampai saat ini, Garbi masih hanya berbentuk ormas, bukan partai politik. Setidaknya itu yang disampaikan oleh Mahfuz ketika diwawancara Tempo.co.

“Ya sudah kalau memang ini dimusuhi, kita cari wadah alternatif untuk perjuangkan ini. Wadahnya bukan parpol tapi ormas Garbi,” ungkap Mahfuz Siddiq, seperti diberitakan Tempo.

Sebagai salah satu yang menjadi bagian dari pembentuk gagasan ABI, Fahri Hamzah pun turut bersuara. Ketika ditemui media di gedung DPR hari Rabu (17/8) lalu, ia sampai mengatakan bahwa ini menjadi akhir dari PKS. “Saya kira ini yang saya sebut sebagai tanda akhir. Karena sudah ada peristiwa yang begitu besar,” ucap Fahri.

Menurut Fahri, permasalahan utamanya adalah bahwa PKS telah bersikap tidak demokratis. “Partai ini kan bukan milik satu orang. Ini kan partai milik semua. Enggak bisa pake tangan besi seolah-olah nasib orang bisa ditentukan,” ia melanjutkan. Ia pun meyakini dalam pernyatannya bahwa Garbi ini bisa jadi wadah bagi kader-kader PKS yang merasa tidak cocok dengan kultur PKS.

Untuk cakupan wilayah, ternyata Garbi telah dideklarasikan di berbagai wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah di antaranya adalah Sumatera Selatan, Bali, Bandar Lampung, Bekasi, dan Riau. Fahri Hamzah sendiri menghadiri deklarasi Garbi di Sumatera Selatan pada tanggal 14 Oktober 2018 yang lalu.

Share: Anis Matta Deklarasikan GARBI, Apa Hubungannya dengan PKS?