Tak Melulu Didominasi Abdul, Munaslub Golkar Juga Diisi Oleh Generasi Ini, Lho!
Selain para senior, atau kalo kata Yorrys Raweyai, ‘abdul’, alias “abang jaman dulu”, ternyata Munaslub Golkar hari ini (19/12) tak melulu didominasi oleh para abdul, lho guys. Ada juga golongan anak muda kaum millennials yang diberikan kesempatan untuk memberikan pandangan mereka terkait kepengurusan Partai Golkar.
Adalah Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia, atau yang biasa disingkat dengan sebutan AMPI, yang turut hadir di JCC Senayan, Jakarta. Ketua Umum AMPI, Dito Ariotedjo mengungkapkan bahwa pihaknya menilai anak muda memiliki peran penting di dalam kepengurusan dan pencalegan.
“Ke depan untuk menghadapi tantangan millennial, Partai Golkar harus memberikan representasi bagi millennial baik di pengurusan dan pencalegan,” kata pemuda berumur 26 tahun itu dalam konfrensi persnya, hari ini (19/12).
Dito menerangkan bahwa di tahun politik di 2018 dan 2019 nanti, akan ada 69 juta pemilih dari kaum millennials yang perlu mendapatkan perhatian dari Golkar.
Apa yang dibilang Dito ini ada benarnya juga guys, bukan semata-mata untuk mencari perhatian aja. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh Partai Golkar yang tengah diterjang berbagai badai politik, hingga menjadi sorotan serius di berbagai media sosial. Yah, lo tau sendiri seberapa deras banjir meme yang bertebaran untuk ngeledekin Setya Novanto, mantan Ketua Umum Golkar. Hal ini tentu saja menjadi konsumsi anak muda yang memang komsumen utama berbagai media sosial.
“Mengembalikan kepercayaan pemuda tidak semudah seperti tahun 90 dan 2000 awal, generasi millennial sekarang kan relatif lebih ingin cepat, dan tidak ingin adanya struktur atau birokrasi yang jauh” sambung Dito lagi.
Sepertinya, Dito benar-benar paham dengan pemikiran kids jaman now ya. Makanya, dia juga berharap agar AMPI bisa lebih fokus untuk membuat struktur yang lebih fleksibel terhadap anak muda.
“Jadi, AMPI sekarang lebih berfokus pada bagaimana struktur kami lebih fleksibel terhadap anak muda. Kami juga menggunakan tekonologi dalam mengenalkan politik, di samping juga menanamkan nilai kepemimpinan,” pungkas Dito.
