General

Yusril Ihza Mahendra Merapat ke Kubu Jokowi, Tanda Tak Ada yang Abadi di Politik

Ramadhan — Asumsi.co

featured image

Pengacara kenamaan Indonesia Yusril Ihza Mahendra akhirnya merapat ke kubu pasangan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Ia bakal menjadi kuasa hukum atau pengacara. Kira-kira apa alasan Yusril memutuskan merapat ke kubu Jokowi-Ma’ruf?

Setelah bergabung dengan kubu Jokowi, Yusril pun mengungkapkan bahwa ada peran Erick Thohir yang melobi dirinya untuk bergabung ke kubu Jokowi-Ma’ruf tersebut. Negosiasi sendiri berawal dari saling menitip salam masing-masing antara Jokowi dengan Yusril.

“Minggu lalu saya bertemu Pak Erick Tohir di Hotel Mulia, Jakarta. Dia menyampaikan salam Pak Jokowi kepada saya, dan saya pun menyampaikan salam saya kepada Pak Jokowi melalui Pak Erick. Kami bincang-bincang dan Pak Erick menanyakan kepastian apakah saya bersedia menjadi lawyer-nya Jokowi-Ma’ruf Amin,” kata Yusril melalui keterangan tertulisnya, Senin, 5 November.

Yusril membeberkan bahwa sebenarnya Erick Thohir sendiri sudah sejak lama berdiskusi menawarkan posisi sebagai kuasa hukum kepada dirinya di kubu Jokowi-Ma’ruf. Sampai akhirnya dirinya menerima tawaran tersebut saat bertemu di di Hotel Mulia. “Akhirnya saya memutuskan setuju dan menjadi lawyer-nya beliau itu,”ujarnya.

Dalam hal ini, Yusril mengatakan bahwa Erick Thohir menawarkan posisi sebagai kuasa hukum tanpa imbalan alias pro bono. Mantan Menteri Kehakiman dan HAM di era Presiden Gus Dur ini pun menjelaskan pernah menerima tawaran serupa ketika pasangan Prabowo-Hatta menggugat hasil Pilpres ke Mahkamah Konstitusi 2014 lalu.

“Saya menerima menjadi lawyer-nya Pak Jokowi – Pak Ma’ruf sebagai lawyer profesional,” kata sosok pengacara kelahiran Lalang, Manggar, Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung pada 5 Februari 1956 tersebut.

Alasan Yusril Gabung Jadi Pengacara Kubu Jokowi-Ma’ruf

Bergabungnya Yusril ke kubu Jokowi ini membuat banyak pihak bertanya-tanya. Sebagai pengacara profesional, Yusril pun menegaskan bahwa dirinya sama sekali tak terlibat dalam Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf. Terlebih, dalam struktur TKN sudah ada divisi hukum tersendiri. “Sedangkan saya adalah professional lawyer yang berada di luar struktur,” ujarnya.

Yusril juga membeberkan alasannya memilih menjadi pengacara tim Jokowi-Ma’ruf yakni karena ingin Pemilu dan Pilpres berjalan adil dan semua pihak taat hukum yang berlaku. Selain itu, tugasnya tak cuma membela klien tapi juga memberikan masukan dan pertimbangan hukum agar klien tak salah melangkah.

“Menjadi lawyer bukan berarti harus membenarkan yang salah dan/atau menyalahkan yang benar. Pemihakan saya adalah pada hukum dan keadilan. Jika ada hak-hak Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf yang dilanggar, beliau dihujat, dicaci dan difitnah misalnya, tentu saya akan melakukan pembelaan dan menunjukkan fakta-fakta yang sesungguhnya atau sebaliknya, agar segala sesuatunya dapat diletakkan pada proporsi yang sebenarnya,” ucapnya.

Respons Jokowi Perihal Bergabungnya Yusril

Sementara itu, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengaku bersyukur setelah Yusril memutuskan menjadi pengacara timnya di Pilpres 2019 mendatang. “Ya bagus, alhamdulillah,” kata Jokowi saat diminta tanggapannya oleh wartawan di Depo MRT, Lebak Bulus, Jakarta, Selasa 6 November 2018.11.6

Saat ditanya apakah Jokowi yang meminta langsung kepada Yusril untuk menjadi pengacara timnya, Jokowi pun tak memberi jawaban yang jelas dan menyebut kita lalu Erick Thohir sebagai orang yang mengajak Yusril bergabung. “Ya, kita yang meminta, Pak Erick Thohir yang meminta,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Jokowi pun percaya jika Yusril merupakan sosok pengacara profesional dengan jam terbang tinggi. Meski jauh sebelumnya sempat berseberangan dan kerap mengkritik pemerintah, Jokowi tak menganggap hal itu terlalu serius. “Enggaklah, beliau itu di mana-mana profesional,” ujarnya.

Dalam Politik Tak Ada Kawan dan Lawan Abadi

Melihat bergabungnya Yusril sebagai pengacara pasangan Jokowi-Ma’ruf, Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan bahwa hal itu semakin menegaskan jika tak ada kawan atau lawan abadi dalam politik. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi.

“Ya hanya Yusril dan Tuhan lah yang tau kenapa dia gabung ke kubu Jokowi. Tapi, prinsipnya lagi-lagi dalam politik itu tak ada teman atau musuh abadi, yang ada kepentingan abadi. Itu kan diktum politik lama,” kata Adi kepada Asumsi.co, Selasa, 6 November 2018.

Menurut Adi, dulu memang Yusril menjadi orang yang cukup dekat dengan Prabowo Subianto, bahkan pernah jadi salah satu tim ahli dan saksi gugatan Pemilu 2014 di kubu Prabowo. Namun, lanjut Adi, hal itu sudah menjadi realitas politik yang sesungguhnya bahwa politik di tanah air itu cair, hitam putih, tidak mengenal sekat-sekat ideologis.

“Jadi hari ini teman, besok bisa jadi musuh atau kemarin musuh tapi hari ini bisa jadi teman, itulah realitas praktik politik kita. Karena memang sekat-sekat ideologis politiknya begitu cair dan tidak jelas, jadi tergantung arah mata angin yang berkembang,” ujar Dosen Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut,” ucapnya.

“Kalau suasana hatinya lagi baik dan lagi bagus, ya dia bisa melakukan kolaborasi kan begitu,” ujar Dosen Ilmu Politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Apakah Ada Pengaruh ke Kubu Prabowo?

Sekali lagi bergabungnya Yusril sebagai pengacara pasangan Jokowi-Ma’ruf ini membuat banyak yang melihat akan ada pengaruh terhadap tim Prabowo-Sandi, yang sebelumnya dianggap dekat dengan Yusril. Menurut Adi, kondisi itu tentu akan mengurangi sosok pengkritik di sisi Prabowo yang selama ini vokal.

“Yang jelas ada pengaruh lah ya meski pun Yusril selama ini belum menentukan sikap politiknya kemanapun ya. Tapi sikap-sikap kritis Yusril segala macam itu kan dulu banyak juga yang merugikan Jokowi ya, artinya Yusril ini bisa merepotkan dalam banyak hal ya terutama dari segi hukum,” kata Yusril.

Menurut Adi, ketika Yusril bergabung dengan Jokowi, maka itu artinya salah satu kritikus ulung dan andal yang selama ini ada di kubu Prabowo otomatis jadi berkurang. Itu artinya tekanan-tekanan politik ke Pak Jokowi pasti akan berkurang.

“Kan selama ini kritik yang dilontarkan Yusril ke Jokowi tersebut tentu membuat Prabowo yang dapat untung, dapat berkahlah Prabowo dari kritik Yusril ke Jokowi.”

“Dan memang kritik Yusril selama ini berkualitas kan, terukur sesuai dengan fakta hukum. Makanya sekali lagi bergabungnya Yusril sebagai kuasa hukum ini membuat kelompok-kelompok kritis di luar pemerintah, di mana kelompok kritis ini biasanya memberikan efek positif ke Prabowo.”

Adi pun melihat saat ini kelompok-kelompok kritis yang ada nyaris sudah sedikit, hanya partai-partai oposisi di kubu Prabowo saja yang jadi kelompok kritis tersebut. “Ya tentu sekarang kubu Prabowo jadi agak susah untuk mendapatkan berkah kritik seperti yang dilakukan Yusril selama ini.”

Ada Kemungkinan PBB Merapat ke Kubu Jokowi?

Lalu, muncul kecenderungan bahwa PBB bisa saja merapat untuk mendukung kubu Jokowi-Ma’ruf setelah Yusril memutuskan untuk menjadi pengacara mereka. Adi melihat jelas hal itu, bahkan kemungkinan dukungan PBB untuk Jokowi itu seperti sudah ‘satu paket’.

“Pertama begini, sekalipun Yusril bilang dia sebagai advokat atau lawyer profesional dengan bergabung sebagai kuasa hukum Jokowi, orang tetap saja tidak serta merta akan percaya dengan hal itu. Karena suka enggak suka, Yusril ini kan tetap saja merepresentasikan dirinya sebagai Ketua Umum PBB.”

Adi menjelaskan bahwa kalau PBB merapat ke kubu Jokowi tanpa diperintah sekalipun, suasana hatinya tetap saja akan mengikuti apa yang dikatakan Yusril, itu logika ketaatan terhadap pemimpin kok. Jadi tanpa deklarasi sekalipun, tanpa nunggu bulan Desember untuk deklarasi dukung siapa, ya teman-teman PBB melihat memang elit mereka itu ya akan diikuti.

“Kan enggak mungkin PBB dukung Jokowi lalu di bawahnya dukung yang lain. Jadi sekalipun tidak ada deklarasi secara formal untuk mengukung salah satu calon, itu akan otomatis, ada kecenderungan teman-teman PBB akan mendukung Jokowi juga.”

Share: Yusril Ihza Mahendra Merapat ke Kubu Jokowi, Tanda Tak Ada yang Abadi di Politik