Isu Terkini

Adipati Dolken: Aktor hingga Pendiri Rumah Produksi

Permata Adinda — Asumsi.co

featured image

Adipati Dolken telah menjalani seni peran selama lebih dari 10 tahun. Ia memerankan karakter di film-film dengan genre berbeda, mulai dari horor, drama, hingga komedi.

Pria bernama asli Adipati Koesmadji ini memenangkan penghargaan pemeran pendukung pria terbaik di FFI untuk film Sang Kiai pada usia 21 tahun, menjadikannya salah satu aktor termuda yang pernah memenangkan Piala Citra.

Selain itu, Adipati juga bolak-balik masuk daftar nominasi penghargaan. Ia dinominasikan sebagai pemeran utama pria terbaik untuk film 3 Dara (2015) pada Indonesia Box Movie Awards 2016. Ia juga dinominasikan sebagai pemeran utama pria terbaik untuk film Posesif (2017) dan #TemanTapiMenikah (2018) pada Festival Film Indonesia.

Film terbarunya, Perburuan, ditayangkan bersamaan dengan Bumi Manusia pada 15 Agustus 2019. Keduanya sama-sama diadaptasi dari novel karya Pramoedya Ananta Toer. Disutradarai oleh Richard Oh, film ini menceritakan kegagalan tentara Pembela Tanah Air (PETA) memberontak dari tentara Jepang di Indonesia. Adipati Dolken memerankan Hardo, karakter utama yang merupakan salah satu tentara PETA.

Selain berakting, Adipati juga punya kesibukan baru. Baru-baru ini ia menyutradarai video berjudul The Power of Dreams di bawah rumah produksi yang ia dirikan, DOT Entertainment. Bekerja sama dengan Honda, video berdurasi 15 menit ini merangkum perjalanannya menjelajahi berbagai wilayah di Indonesia.

Video yang berisikan footage-footage alam, upacara adat, dan aktivitas masyarakat setempat ini diniatkan untuk memperlihatkan kekayaan alam Indonesia. Namun, video tersebut juga mengangkat kisah hidup Adipati secara personal, sebagaimana dinarasikan olehnya sendiri.

“Yang kami angkat di video tersebut adalah sebuah refleksi. Gue seperti berbicara sendiri dengan diri gue di situ, dan mempertanyakan tujuan gue sebagai manusia. Apa saja yang gue tahu tentang Indonesia? Tak hanya situasi yang baik, tetapi juga yang sedikit gelap,” jelas Adipati.

Dari menjadi pemain film hingga membuat rumah produksi sendiri, apa saja tantangan yang selama ini Adipati Dolken alami dan cita-citanya ke depan?

Perburuan dan Warkop DKI Reborn

Karakter Hardo dalam Perburuan terbilang unik. Di kala teman-teman sesama prajuritnya banyak protes dan gusar dijajah Jepang, Hardo lebih banyak diam dan mendengarkan.

Ketika para prajurit PETA kalah dan diburu tentara Jepang, ia juga lebih memilih untuk mendekam di dalam goa sendirian, sementara teman-temannya meninggalkannya. Ia bersembunyi, menghabiskan waktu dengan bermain mancis, dan berbicara dengan dirinya sendiri. Baru enam bulan kemudian ia memutuskan untuk kembali ke kampung halaman dengan pakaian yang telah compang-camping dan rambut tergerai panjang tak terurus.

Memainkan karakter Hardo diakui Adipati Dolken sebagai pengalaman tersendiri. Ia mesti mendalami karakter seorang prajurit yang kalah perang, mengasingkan diri, hingga hampir mengalami gangguan jiwa. Namun, menurut Adipati, yang paling menarik dari karakter Hardo adalah pribadinya yang irit bacot.

“Hardo bukan tipikal karakter yang suka teriak-teriak dan berbicara dengan kencang. Hardo lebih banyak berbicara di dalam hati. Emosi yang ia rasakan disampaikan lewat matanya,” ujar Adipati.

Kemampuan untuk bisa mengekspresikan emosi karakter ke penonton tanpa banyak bicara ini dianggap Adipati sebagai sebuah tantangan. “Di saat mulutnya diam tapi matanya bisa berbicara, menurut gue itu adalah sebuah pencapaian,” ucap Adipati.

Untuk mendalami karakter Hardo, ia juga mesti memahami makna perburuan yang diusung oleh film ini. “Menurut gue, Perburuan itu bukan sekadar mengenai Hardo diburu oleh Jepang. Namun, film ini juga berbicara tentang perburuan setiap manusia kepada tujuan yang ingin mereka raih,” ucap Adipati Dolken.

Ia mencontohkan motivasi setiap karakter di dalam Perburuan yang berbeda dari satu sama lain. Ningsih yang diperankan oleh Ayushita, misalnya, menginginkan emansipasi perempuan dan Indonesia berdikari.

Hardo punya motivasi lain lagi. “Hardo bukan cuma mau merdeka, ia juga mempertanyakan apakah kita masih dijajah warganya sendiri. Apakah keluarga kita jadi bahagia ketika Indonesia merdeka? Bagaimana caranya bisa setia dengan pandangan dunia Hardo? Itu menurut gue yang paling susah sebagai aktor,” ujar Adipati.

Dalam Perburuan, keberadaan Hardo yang amat dicari oleh tentara Jepang dibocorkan oleh kepala desa tempat Hardo bersembunyi, yang juga adalah bapak Ningsih. Setelah kemerdekaan diproklamasikan dan diberitakan, Perburuan memperlihatkan mahalnya harga pengorbanan demi tercapainya kemerdekaan.

Kemerdekaan tak sekadar mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan Adipati Dolken mengamini itu. Menurutnya, makna kemerdekaan yang hendak disampaikan Perburuan masih relevan dengan perayaan kemerdekaan Indonesia sekarang.

“Bagaimana kita bisa menerima perbedaan, bertoleransi, dan bebas dalam mengeluarkan pikiran adalah inti dari kemerdekaan. Bukan sekadar berteriak merdeka tapi ternyata menjajah bangsanya sendiri,” tegas Adipati.

Tantangan dalam mendalami peran juga Adipati rasakan ketika bermain sebagai Kasino dalam film Warkop DKI Reborn 3 yang rencananya akan tayang September mendatang. Menurutnya, Kasino dan Hardo dalam Perburuan termasuk karakter-karakter favorit yang pernah ia mainkan. “Menurut gue, kedua karakter ini punya range acting yang sulit. Gue harus berusaha besar untuk bisa mendalami karakter-karakter ini,” ujarnya.

Melanjutkan kisah dua Warkop DKI Reborn sebelumnya, film ini akan bercerita tentang Dono, Kasino, dan Indro yang ditugaskan sebagai agen polisi rahasia. Mereka mesti menginvestigasi dugaan pencucian uang di perfilman Indonesia.

“Warkop itu kan lucu karena karakter-karakternya selalu apes. Mereka punya tujuan tapi selalu gagal buat mencapainya. Jadi, di film ini, kami bukan mau melucu. Situasinya sendiri sudah lucu,” ujar Adipati, yang sebelumnya telah berakting komedi pada film 3 Dara.

Cerita yang ditawarkan Warkop DKI 3 berbeda dengan Warkop DKI asli. Tetapi memang film ini bukan untuk mengganti film-film terdahulu. “Warkop ini punya nama besarnya sendiri yang tak terganti. Tujuan dibuatnya film ini adalah untuk melestarikan nama Warkop,” ujarnya.

Bercita-cita jadi Sutradara

Adipati Dolken juga menghasilkan konten di rumah produksi DOT Entertainment. Ia punya motivasi untuk menjadikan hobi memotret dan menjelajahnya di sela-sela syuting dan berakting sebagai usaha yang menghasilkan keuntungan.

“Suatu hari, Mbak Linda, salah satu pendiri DOT Entertainment, mengajak gue untuk bikin majalah traveling. Karena yang ditawarkan itu semua hal yang gue suka: traveling, foto-foto, membuat karya, gue iyain,” kata Adipati.

Selain The Power of Dreams, DOT Entertainment juga mengeluarkan Travelink Magazine. Majalah ini diedarkan di kereta api bandara railink, dan bertujuan untuk berbagi informasi tentang mempromosikan tempat-tempat di Indonesia yang bisa dijelajahi. Rumah produksi ini juga mempunyai Youtube Channel yang menyajikan video-video penjelajahan dan vlog perjalanan Adipati Dolken.

Lebih dari tujuh lokasi telah didatangi Adipati dan timnya untuk memproduksi video. Beberapa di antaranya adalah Bali, Sumba, Yogyakarta, Makassar, Toraja, dan Banyuwangi. “Titik-titik tersebut dipilih berdasarkan lokasi yang belum pernah kami datangi. Walaupun kami ke Yogyakarta, tetapi kami mencari lokasi yang belum banyak dijelajahi turis,” jelas Adipati, yang menekankan fokus dari penjelajahan ini adalah memperlihatkan budaya, kuliner, dan kekayaan alam Indonesia.

The Power of Dreams ditayangkan perdana di bioskop CGV dengan layar Screen X, yaitu studio dengan layar mengelilingi penonton di sisi depan, kanan, dan kiri. Adipati dan timnya tidak menyangka mereka bisa mendapat kesempatan tersebut. Akhirnya, banyak penyesuaian di tahap editing yang mesti dilakukan.

“Kami mesti mengecek dulu bagaimana cara kerja Screen X ini, formatnya seperti apa, dan cara mengedit videonya bagaimana,” ujar Adipati. Bisa diputarkan di Screen X menjadi kebanggaan sendiri bagi tim DOT Entertainment. Sebab, hal ini belum pernah dilakukan oleh rumah-rumah produksi Indonesia sebelumnya.

Dari majalah hingga kemudian membuat video. Visi Adipati beserta tim DOT Entertainment masih akan meluas. “Gue mau bikin DOT World yang isinya macam-macam. Di dalamnya ada DOT Creative, DOT Campus sebagai tempat untuk sharing dan belajar, DOT Photography untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar fotografi, dan DOT Content yang isinya membuat konten kerja sama dengan brand,” ujar Adipati.

Ke depannya, DOT Entertainment juga akan memproduksi film. Adipati Dolken sendiri punya cita-cita untuk menjadi sutradara. “Dalam lima tahun ke depan, gue pengennya sudah jadi sutradara. Tetap jadi aktor, tetapi gue nggak mau menyutradarai film yang gue mainin sendiri. Ketika gue di belakang layar, maka gue akan di belakang layar saja,” kata Adipati.

Share: Adipati Dolken: Aktor hingga Pendiri Rumah Produksi