Budaya Pop

Acara Keluarga, Jaminan Perut Kenyang Sekaligus Jaminan Kenyang Ditanya-tanya

Aeriel Darriana — Asumsi.co

featured image

Sebagai orang Indonesia, kumpul bareng keluarga besar itu semacam sudah jadi kebiasaan. Apalagi kalau sudah berkaitan dengan hari libur nasional, biasanya dibarengi dengan kumpul keluarga. Selain itu, juga suka ada arisan keluarga yang mengharuskan seluruh anggota keluarga besar datang.

Biasanya, yang bikin semangat untuk datang itu karena ada beberapa jenis menu makanan yang disediakan. Buat rasa sendiri, enggak usah ditanya. Pasti enak! Jumlahnya pun biasanya banyak. Jadi, enggak usah takut untuk kehabisan dan bisa nambah sampai sepuasnya.

Nah, ketika makan-makan ini biasanya menjadi salah satu momen bercengkrama dengan anggota keluarga lainnya. Para anak muda biasanya sering ditanya tentang pendidikan, perubahan penampilan fisik, atau karir kita oleh yang lebih tua, seperti Om-Tante atau Kakek-Nenek. Bahkan bisa jadi akan ada waktu di mana kita lelah sendiri jawab pertanyaan-pertanyaan itu. Parahnya lagi, makanan bisa jadi terasa hambar sangking lelahnya kita meladeni pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.

Ya.. mungkin kalian juga mengalami apa yang saya alami. Pertanyaan- pertanyaan seperti “Kuliah di mana? Ambil jurusan apa?” atau “Ada rencana ambil S2?” biasanya paling umum ditanyakan. Bayangin deh, om yang satu tanya itu. Beralih menyapa om yang lain pun ditanya hal yang sama. Enggak heran makanya kalau akhirnya kita yang jawab ngerasa cape sendiri.

Belum lagi kalau ada saudara sepupu yang seumuran! Percakapan jadi melebar dan menjadi membanding-bandingkan satu sama lain. “Kok belum selesai kuliahnya? Si A aja lagi nyelesain skripsinya!” itu menjadi salah satu contohnya.

Pertanyaan lain yang pasti seputar keadaan fisik. Tapi ini biasanya enggak tunggu sesi makan-makan. Baru melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam tempat acara pun sudah dikomenin. “Loh, gendutan ya?” atau lawanannya, “Kurusan, ya?” yang sering banget jadi komen pertama.

Atau kalau biasanya tubuh terlihat berisi kemudian jadi kurusan, akan dikomenin “Kurusan? Diet? Atau kecapean kuliah?”. Saya pribadi sering mengalami pertanyaan-pertanyaan macam ini. Ketika saya mulai menyantap makanan-makanan yang disediakan pun masih sering muncul komen-komen terkait penampilan fisik. “Ayo, makan yang banyak biar enggak kekurusan!” atau malah “Ya ampun, Tante lihat dari tadi kamu makan terus! Dijaga makannya! Nanti kegendutan, lho!” yang sering dilontarkan anggota keluarga kita.

Lucunya lagi, komen perubahan fisik ini juga suka diikuti oleh nasihat-nasihat mengenai dunia kesehatan. Minum vitamin, rajin olahraga, atau kurangi makan junk food itu jadi beberapa petuah yang muncul di acara keluarga. Lagi-lagi, biasanya ini keluar dari para saudara orangtua kita.

Enggak lupa, status pun ditanyain. Status pun bisa dibandingin dengan sepupu seumuran. Pertanyaan macam “Kok belum nikah? Si B yang seumuran kamu aja bulan depan mau nikah kan!” contohnya. Atau, juga bisa ditanya “Pacarnya mana? Kok enggak pernah diajak ke acara keluarga?”. Ngalamin enggak, sih?

Pertanyaan-pertanyaan ini saya alami sendiri dan juga sering denger cerita dari teman-teman yang ditanyakan hal sama. Lelah jadi salah satu perasaan kami, sebagai anak muda yang tujuan awalnya mau makan sampai kenyang sambil ketemu keluarga. Di sosial media juga pertanyaan-pertanyaan ini sering jadi bahan bercandaan atau curhat terselubung anak-anak muda.

Banyak juga anak muda, termasuk saya, yang jadi malas-malasan untuk ikut acara keluarga. Mood pun bisa berubah seketika kalau kebanyakan ditanya atau dikomen seperti itu. Akhirnya, jadi sibuk dengan gadget sendiri.

Tapi ada satu titik di mana saya sadar akan sesuatu. Akhirnya, saya sadar kalau semestinya saya enggak bete atau malas-malasan ikut acara keluarga kalau ditanya atau dikomen enggak enak gitu. Mungkin itu adalah salah satu cara om-tante atau kakek-nenek memulai pembicaraan dengan kita karena kita enggak sering-sering ketemu mereka.

Sejak saat itu pun saya jadi enggak terlalu memikirkan omongan mereka dan malah berusaha menjawab sebaik mungkin. Kalau mereka mulai banding-bandingkan saya dengan kondisi sepupu yang lain, pun saya senyum aja dan biarkan itu berlalu. Kalau memang sudah enggak nyaman banget, saya biasanya main dengan sepupu lain atau ngobrol dengan kedua orangtua saya.

Atau, paling asyik sih mendingan ke meja makan dan menyicip makanan-makanan lain. Enggak usah mikirin komen saudara-saudara. Yang penting, kita puas menjajal semua makanan yang ada dan perut kenyang. Karena sebenarnya esensi acara keluarga itu ada pada makanannya yang banyak dan enak-enak.

Aeriel Darriana adalah mahasiswi jurusan Media Communications and International Relations di Monash University, Australia.

Share: Acara Keluarga, Jaminan Perut Kenyang Sekaligus Jaminan Kenyang Ditanya-tanya