Budaya Pop

‘This Is America’ Menang Grammy dan Realita Senpi Legal di AS Hingga Saat Ini

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Penyanyi rap Donald Glover yang dikenal dengan nama panggung Childish Gambino berhasil meraih penghargaan ‘Song of The Year’ di Grammy Awards ke-61. Acara anugerah musik ini sendiri baru saja diselenggarakan di STAPLES Centre, Los Angeles, tanggal 10 Februari 2019 waktu setempat. Kemenangan itu diraihnya lewat laguny yang berjudul ‘This Is America’, lagu fenomenal yang dirilis pada Mei 2018. Glover berhasil mengalahkan Drake (God’s Plan), Lady Gaga & Bradley Cooper (Shallow) dan nominator lainnya.

Tak hanya satu kemenangan saja, Glover sendiri berhasil membawa pulang 3 piala dari total 5 nominasi yang diperoleh. Lagunya sendiri sempat membuat kontroversi, sebab videoklip yang menunjukkan sisi gelap Amerika. Dalam video, visual dibuka dengan adegan penembakan Glover terhadap gitaris tua yang wajahnya ditutup kain putih.

Sepanjang videoklip, penonton terus disajikan adegan Glover yang menari dengan sekelompok pelajar Afrika-Amerika, sementara di belakang mereka terjadi berbagai kekacauan. Ada pula adegan di mana Glover menembaki sejumlah personil paduan suara. Kabarnya hal itu untuk menggambarkan jumlah korban kasus penembakan di Emanuel African Methodist Episcopal Church, Charleston, Amerika Serikat, 2015 lalu.

Penembakan yang Kerap Terjadi di Amerika

Masih di bulan yang sama dengan rilisnya video Childish Gambino tersebut, ada sebuah tragedi penembakan di sebuah SMA, Amerika Serikat, pada Jumat, 18 Mei 2018. Peristiwa itu menewaskan 10 orang. Pelakunya merupakan seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun bernama Dimitrios Pagourtzis.

Ia yang diduga melepaskan tembakan di SMA Santa Fe, Texas kini ditahan di penjara Galveston County. Dimitrios sendiri dikenal sebagai anak yang cerdas dan pendiam. Namun, dalam konferensi pers, Gubernur Texas Greg Abbott mengatakan bahwa ada indikasi penembakan terencana yang dibuktikan dari jurnal di komputer dan ponsel Dimitrios. Diketahui pula bahwa pelau menggunakan senapan dan pistol revolver 38.

Tak hanya kejadian itu saja, yang terbaru, kepolisian California melaporkan telah terjadi insiden penembakan di sebuah arena bowling pada Jumat, 4 Januari 2019 kemarin. Kepolisian Kota Torrance menerima laporan terjadinya penembakan di arena bowling, Gable House Bowl, sekitar pukul 23.54 waktu setempat. Akibat insiden tersebut, tiga orang dinyatakan tewas sementara empat lainnya mengalami luka.

“Seluruh korban adalah laki-laki. Tiga korban dinyatakan meninggal di tempat kejadian dan dua korban luka dilarikan ke rumah sakit,” kata Sersan Ronald Harris dari Kepolisian Torrance dikutip AFP.

Menurut keterangan saksi mata kejadian bermula dari pertengkaran antara dua kelompok pengunjung di arena bowling. Dilansir dari Los Angeles Times, saksi bernama Wes Hamad (29) itu mengungkapkan pertengkaran tersebut berlangsung selama sekitar 5 menit dan kemudian mendadak menjadi perkelahian besar. Hingga akhirnya mengubah situasi menjadi kacau serta membuat pintu keluar terhalang oleh orang-orang yang saling bertengkar itu.

Mudahnya Beli Senjata Api di Amerika

Di Indonesia, tak semua orang boleh memegang senjata api seperti pistol, senapan, dan lainnya. Hal itu berbanding terbaik dengan di Amerika Serikat. Hingga saat ini kepemilikan senjata api di sana dibebaskan. Maka tak heran, sebuah data penelitian menunjukkan bahwa penembakan massal di AS lebih banyak ketimbang di negara lain.

Setidaknya 90 penembakan massal yang terjadi di AS adalah cakupan dari sepertiga 292 serangan yang terjadi di seluruh dunia. Sementara itu, jumlah warga AS telah mencakup 5 persen populasi global, yang artinya negara tersebut memiliki 31 persen penembakan massal di dunia.

“Masyarakat tidak terlalu terkejut dengan statistik ini,” kata Adam Lankford, profesor ilmu kriminal di University of Alabama yang melakukan penelitian tersebut.

Insiden penembakan massal yang terjadi saat konser musik di Las Vegas misalnya, disebut-sebut sebagai peristiwa terburuk sepanjang sejarah modern AS. Sedikitnya 58 penonton tewas dan sekitar 515 lebih lainnya terluka diberondong senjata laras panjang. Hal ini tentunya berkaitan dekat dengan legalitas penjualan senjata api dan amunisinya untuk warga AS.

Menurut data dari harian The Guardian, hampir sembilan dari 10 orang di Amerika Serikat merupakan pemilik senjata api. Hingga membuat senjata api menjadi mesin pembunuh paling mematikan di sana. Sebab semua warga negara AS bebas membeli senjata api dari jenis ringan seperti pistol laras pendek maupun yang berat seperti senapan serbu yang digunakan pelaku penembakan di Orlando.

Dikutip dari New York Time, seorang pemilik toko senjata Roanoke Firearms, John Markell mengaku kalau di negara bagian Virginia, warga bisa membeli senapan semi otomatis dalam waktu 15 menit saja. Sementara Inquirer melaporkan hanya membutuhkan tujuh menit untuk membeli AR-15, senapan semi otomatis yang digunakan dalam penembakan di Orlando Pulse. Sebuah kejadian yang menewaskan 20 orang dan membuat 42 lainnya mengalami luka pada Juni 2016 lalu.

Share: ‘This Is America’ Menang Grammy dan Realita Senpi Legal di AS Hingga Saat Ini