Isu Terkini

Apa yang Terjadi Jika Palangkaraya Jadi Ibu Kota Indonesia?

Hafizh Mulia — Asumsi.co

featured image

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menjelaskan perkembangan terbaru rencana pemerintah memindahkan ibu kota pada Senin, 29 April 2019 kemarin. Dari rapat terbatas yang diadakan, diputuskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memilih lokasi untuk ibu kota Indonesia yang baru di luar Pulau Jawa. Sedangkan untuk urusan teknis dan desain baru akan dibicarakan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

“Dalam rapat tadi diputuskan presiden memilih alternatif ketiga, yaitu memindahkan ibu kota ke luar Jawa. Ini barangkali salah satu putusan penting yang dilahirkan hari ini, dan tentunya akan dilanjutkan dengan ratas berikutnya yang akan bicara lebih teknis, bicara desain, dan bicara mengenai masterplan dari kota itu sendiri,” ujar Bambang di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/4).

Keputusan Jokowi ini membuat Kalimantan menjadi salah satu nama yang paling santer diisukan menjadi pulau bagi ibu kota baru. Kalimantan menjadi pulau potensial karena pulau tersebut masih relatif sepi penduduk. Sepinya penduduk ini diakui sendiri oleh Jokowi sendiri mengakui bahwa Kalimantan hanya berjumlah 6 persen dari total penduduk Indonesia.

“Di Kalimantan 6 persen. Nah, ini masih 6 persen, baru 6 persen. Pertanyaannya, apakah di Jawa mau ditambah? Sudah 57 persen. Ada yang 6 persen, 7 persen, dan 3 persen,” ujar Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (29/4).

Jika berkaca dari wacana yang berhembus selama ini, kota Palangkaraya diprediksi menjadi ibu kota baru. Wacana pemindahan ibu kota ke Palangkaraya ini sebenarnya sudah dicanangkan pada masa kepemimpinan Soekarno. Disebutkan dalam buku berjudul Soekarno dan Desain Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya karya Wijanarka, Bung Karno pernah dua kali mengunjungi Palangkaraya untuk melihat potensi kota tersebut menjadi ibu kota Indonesia yang baru.

Lantas, apa kekuatan dan kelemahan kalau Palangkaraya benar-benar menjadi ibu kota baru Indonesia?

Kekuatan Jika Palangkaraya Jadi Ibu Kota

Adanya lahan luas menjadi peluang bagi Palangkaraya untuk dijadikan ibu kota baru, seperti yang dikatakan Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran. Ia menyebutkan bahwa Palangkaraya memiliki 300 ribu hektare untuk dimanfaatkan demi pembangunan ini. Lahan yang kini masih menjadi hutan tersebut dapat dibuka jika memang wacana ibu kota di Palangkaraya ingin direalisasikan. Lahan tersebut diperkirakan sudah cukup untuk menampung seluruh kebutuhan ibu kota.

Keuntungan kedua yang dimiliki oleh Palangkaraya adalah kota tersebut relatif bebas dari ancaman, baik itu bencana alam maupun bencana lainnya. Palangkaraya tidak memiliki gunung berapi atau berhadapan langsung dengan laut lepas. Berdasarkan Peta Gempa 2010, Pulau Kalimantan didapuk menjadi salah satu wilayah yang paling aman dari zona gempa, sehingga membuat pembangunan di wilayah Palangkaraya relatif dapat lebih diperkirakan. Terkait dengan kemungkinan bencana banjir, Palangkaraya juga memiliki aliran sungai yang cukup banyak dengan wilayah hutan yang cukup luas, sehingga kota tersebut relatif aman dari banjir.

Keuntungan yang ketiga adalah Palangkaraya sudah lama menjadi kota dengan keberagaman sosial dan budaya. Proses transmigrasi membuat Palangkaraya tidak hanya berisikan masyarakat Suku Dayak, tetapi juga sudah dihuni oleh masyarakat dari suku-suku lain seperti Jawa, Banjar, Bali, dan Batak. Hal ini penting, mengingat salah satu syarat ibu kota adalah mampu menerima keberagaman latar belakang masyarakatnya.

Kerugian Jika Palangkaraya Menjadi Ibu Kota

Meski banyak keuntungan yang ditawarkan oleh Palangkaraya, keputusan ini bukan tanpa kerugian yang dapat mengancam di belakangnya. Kerugian pertama adalah secara infrastruktur, Palangkaraya masih membutuhkan pembangunan besar-besaran. Jika memang ada lonjakan besar penduduk di sana, jelas dibutuhkan mekanisme transportasi publik yang terintegrasi. Belum lagi penambahan daya listrik dan air untuk menghidupi kehidupan masyarakat di sana.

Saat ini, Palangkaraya belum memiliki kemampuan infrastruktur sebaik itu. Hal ini membuat pemerintah harus mengucurkan dana yang besar demi menciptakan kota baru yang dapat menampung masyarakat selayaknya ibu kota sebuah negara.

Kerugian kedua adalah besarnya jumlah area hijau yang harus dibuka demi mengakomodasi perpindahan penduduk ke sana. Hutan alam akan tergantikan dengan hutan-hutan beton seperti yang kini terjadi di Jakarta. Tidak hanya warga Palangkaraya, kerugian ini dapat dirasakan oleh warga di seluruh dunia. Kalimantan yang selama ini dinobatkan sebagai paru-paru dunia akan kehilangan lebih banyak lagi hutan yang mereka miliki.

Share: Apa yang Terjadi Jika Palangkaraya Jadi Ibu Kota Indonesia?