Isu Terkini

Ahok yang Dulu dan Panggilan BTP Setelah Bebas Nanti

Winda Chairunisyah Suryani — Asumsi.co

featured image

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal dengan nama Ahok akan bebas murni pada 24 Januari mendatang. Namun sebelum bebas, Ahok memohon beberapa permintaan kepada para pendukungnya. Hal itu ia sampaikan lewat surat yang ditulis di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, dan diunggah oleh timnya melalui akun Twitter, @basuki_btp dan akun Instagram resminya, @basukibtp.

Pertama, ia meminta agar para pendukungnya tidak membuat acara sambutan ketika dirinya bebas. Kedua, ia menganjurkan agar masyarakat ikut memilih dalam Pemilu Legislatif dan presiden pada April mendatang. Serta permohonan agar Ahok bisa dikenal sebagai pribadi yang telah berubah.

Ahok mengaku, selama di penjara, ia telah banyak belajar pengendalian diri. Ia juga mengatakan, jika waktu bisa diulang, Ahok akan tetap memilih untuk menjalani hidup di penjara daripada menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk yang kedua kalinya.

“Jika terpilih lagi aku akan semakin arogan dan kasar dan makin menyakiti hati banyak orang,” tulis Basuki. Ia juga meminta maaf kepada masyarakat dan para pendukungnya atas segala kesalahan yang pernah ia perbuat.

“Pada kesempatan ini, saya juga mau sampaikan kepada Ahokers, para PNS DKI, para pembenciku sekalipun, aku mau sampaikan mohon maaf atas segala tutur kata, sikap, perbuatan yang sengaja maupun tidak sengaja menyakiti hati dan perasaan saudara dan anggota keluarganya,” ujar Ahok.

”Saya mohon maaf dan saya keluar dari sini dengan harapan panggil saya BTP bukan Ahok,”

Diposting oleh Timbtp

Berikut kami sampaikan surat terbaru dari BTP mengenai niat baik dari seluruh pendukung yang berencana menjemput beliau di Mako Brimob dan pesan lainnya pic.twitter.com/bEftJTqYbd— Basuki T Purnama (@basuki_btp) January 17, 2019

Mengganti Nama Panggilan Karena Kepribadian Baru

Pembelajaran dan pengalaman yang dirasakan BTP selama di Rutan Mako Brimob rupanya menjadi alasan mantan Bupati Belitung Timur itu berganti nama panggilan. BTP sendiri ditahan di Rutan Mako Brimob sejak 9 Mei 2017, ia divonis dua tahun penjara dalam kasus penodaan agama. Selama ditahan, Ahok mendapatkan tiga kali remisi dengan total pengurangan masa tahanan 3 bulan 15 hari. Karena itu, dia akan bebas murni tiga hari lagi.

Permintaan nama panggilan dari Ahok menjadi BTP sendiri sebenarnya bukan kali pertama. Saat BTP meluncurkan sebuah buku barunya yang diberi judul Kebijakan Ahok, bapak dari tiga anak ini juga sempat meminta masyarakat untuk tak lagi memanggilnya dengan sebutan Ahok. Permohonan itu ia sampaikan di dalam surat yang dibacakan oleh putranya Nicholas Sean pada Kamis, 16 Agustus 2018 lalu.

Nama panggilan Ahok sendiri berasal dari panggilan akrab ayah BTP, yakni Banhok yang merupakan gabungan dari dua kata Ban dan Hok. ‘Ban’ memiliki arti puluhan ribu, sementara ‘Hok’ berarti belajar yang jika digabung berarti puluhan ribu kali belajar.

Hok itu bukan hoki sebenarnya, tapi belajar,” kata Ahok saat memberikan sambutan di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 24 Oktober 2015 silam.

Namun kini, Ahok lebih memilih dipanggil dengan nama BTP. Hal itu sebagai penanda dirinya telah menjadi sosok yang baru, yang lebih mampu mengendalikan diri dan emosinya. BTP sendiri dulunya memang kerap dianggap orang yang garang dan sering marah-marah. Tak jarang pula ia mengucapkan kata-kata kasar.

Naik Pitam Saat Rapat Internal

Zaman BTP masih menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta, ia cukup rajin memposting kegiatan internalnya seperti rapat ke YouTube resmi milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI. Di sanalah masyarakat bisa melihat bagaimana BTP memimpin rapat. Emosi yang sering kali meluap pun juga terekam.

Seperti saat rapat dengan Dinas Kebersihan dan operator kebersihan, Kamis 8 Mei 2014 silam. Amarah BTP meluap saat mengetahui jumlah pegawai honorer Dinas Kebersihan DKI melonjak dari 3.500 pekerja menjadi 10.721 orang. Ia bahkan menggebrak meja sebagai tanda emosinya yang tak bisa terbendung lagi.

“Bapak salah ini! Ada permainan ini. Saya minta data ini ada nama orang yang dicoret. Coret semua orang yang baru masuk,” tegasnya.

Melihat kejanggalan itu, BTP meminta Dinas Kebersihan melengkapi data 10.721 petugas kebersihan dengan nama, alamat, dan nama jalan yang menjadi tanggung jawab petugas itu. Ia juga mengancam akan memutasi 90% pejabat di Dinas Kebersihan jika dalam waktu 2 minggu pihak terkait tidak melengkapi data.

Marah dan Jengkel dengan Wartawan

Kejadian BTP marah-marah juga terjadi ketika wartawan mewawancarainya di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis, 16 Juni 2016 lalu. Kala itu ada awak media yang bertanya mengenai isu aliran dana Rp 30 miliar kepada Teman Ahok dari pengembang reklamasi.

Ia pun bilang dirinya adalah pejabat yang konsisten terhadap pemberantasan korupsi. Sejak masih menjadi bupati, BTP mengaku sudah berbicara soal pembuktian harta terbalik. Selama menjabat sebagai gubernur DKI, dia juga menerapkan model transaksi non tunai untuk mencegah tindak korupsi.

“Kamu enggak pernah dengar pejabat sekelas saya ngomong konsisten dari DPRD, sampai bupati, sampai DPR RI, sampai sekarang,” klaimnya.

Mendengar hal itu ada wartawan yang membalasnya dengan pernyataan yang terdengar seperti ingin mengadu domba. “Berarti tidak ada pejabat yang sehebat Bapak?” ujar wartawan tersebut.

BTP pun langsung menegaskan bahwa bukan itu yang dia maksud. “Anda dari koran mana?” tanyanya dengan nada tinggi kepada wartawan itu. “Makanya lain kali enggak usah masuk sini lagi. Enggak jelas kalau begitu. Saya tegesin aja. Kamu juga enggak usah tekan saya dengan media, saya enggak pernah takut sama kalian,” tambah Ahok.

Kejadian BTP marah dengan wartawan juga sempat terjadi beberapa kali. Ketika itu ia baru selesai memberi kesaksian dalam sidang UPS di Pengadilan Tipikor, Kamis, 4 Februari 2016. Namun wartawan justru bertanya soal enam temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI terkait dugaan penyalahgunaan pembelian lahan.

“Itu udah basi. Lu dari koran apa, sih? Lu koran apa, sih? Pertanyaan lu basi,” kata BTP marah.

Lontarkan Kata Serapah Saat Siaran Langsung di Televisi

Salah satu yang paling fenomenal juga ketika BTP tak mampu lagi diarahkan oleh presenter saat siaran langsung di televisi. Dalam wawancara live dengan Aiman Wicaksono dari KompasTV tengah ditanya soal foto istrinya Veronica Tan yang duduk di kursi gubernur. Bukan hanya itu saja, tudingan Veronica ikut terlibat dalam revitalisasi Kota Tua juga ditanyakan.

Ahok terlihat memerah mukanya, dan nada ucapannya meninggi. Kemudian keluar kata-kata serapah seperti ‘tai’. Sempat diingatkan oleh sang pembawa acara, namun BTP justru mengulang kata yang sama.

Dalam kesempatan yang berbeda, BTP pun bercerita bahwa ketika ia marah karena istrinya yang tak tahu apa-apa dijadikan sasaran tembak. “Ngeyel saja, sudah tanya, saya jelasin tetap ngeyel. Aku sudah jelasin masih saja ngeyel gitu, nggak ngerti. Terus dia bilang ini live, gua sengaja saja ,siapa suruh live sama gua,” ujarnya pada saat memberi keterangan pada media.

Tentunya masih ada deretan momen di mana BTP berbicara cukup kasar dengan nada yang tinggi. Namun, setelah dipenjara, ia mulai menyadari, bahwa sikapnya itu bisa menyakiti perasaan banyak pihak.

“Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, Allah Pencipta langit dan bumi, bahwa saya diijinkan untuk ditahan di Mako Brimob, saya bersyukur diijinkan tidak terpilih di Pilkada DKI 2017, jika saya terpilih lagi di pilkada tersebut, saya hanyalah seorang laki-laki yang menguasai Balai Kota saja, tetapi saya disini belajar menguasai diri seumur hidup saya,” demikian kata BTP dalam suratnya.

Share: Ahok yang Dulu dan Panggilan BTP Setelah Bebas Nanti