Di tengah meningkatnya ketegangan global dan jumlah konflik terbanyak sejak Perang Dunia II, kekhawatiran akan pecahnya Perang Dunia III semakin meluas. Ancaman perang nuklir yang terus dilontarkan Rusia terhadap negara-negara Barat, konflik yang memanas di Timur Tengah, hingga ketidakpastian keterlibatan militer Amerika Serikat, membuat banyak orang mulai memikirkan tempat yang aman untuk mengungsi.
Perang antara Rusia dan Ukraina masih menjadi ancaman besar, sementara konflik antara Israel dan Hamas di Gaza juga memburuk sejak Iran ikut terlibat. Presiden AS Donald Trump bahkan sempat mengeluarkan pernyataan mengancam pemimpin tertinggi Iran melalui akun Truth Social-nya, menambah ketegangan internasional.
Dengan dunia berada dalam kondisi paling rawan sejak 1945, sejumlah analis menyusun daftar negara yang dinilai paling aman untuk dijadikan tempat perlindungan jika skenario terburuk benar-benar terjadi. Dilansir dari The Mirror, berikut 12 negara yang dianggap paling aman untuk ditinggali jika Perang Dunia III meletus:
Antartika
Meski tidak dihuni secara permanen, Antartika dianggap lokasi yang sangat aman dari konflik global karena letaknya yang sangat terpencil dan tidak memiliki nilai strategis militer. Luas wilayahnya yang mencapai 14 juta kilometer persegi membuatnya ideal untuk menjadi tempat perlindungan dalam skenario perang nuklir.
Islandia
Negara pulau di utara Atlantik ini dikenal sebagai salah satu negara paling damai di dunia. Islandia tidak memiliki sejarah keterlibatan dalam perang dan tetap netral dalam berbagai konflik. Letaknya yang terisolasi membuatnya relatif aman dari dampak langsung perang skala besar.
Selandia Baru
Berada di peringkat kedua dalam Indeks Perdamaian Global, Selandia Baru memiliki kebijakan luar negeri yang netral dan geografis yang sulit diakses. Dukungannya terhadap Ukraina bersifat terbatas dan negara ini dinilai tidak menjadi target utama konflik global.
Swiss
Swiss memiliki reputasi sebagai negara netral sejak Perang Dunia II. Negara ini juga memiliki sistem perlindungan sipil yang sangat maju, termasuk tempat perlindungan nuklir untuk seluruh penduduknya. Sikap non-intervensif Swiss menjadikannya kurang menarik sebagai target serangan.
Greenland
Wilayah otonom Denmark ini memiliki populasi kecil dan lokasi geografis yang sangat terpencil. Tidak memiliki kepentingan geopolitik menjadikannya lokasi yang tidak mungkin menjadi sasaran dalam konflik global.
Indonesia
Sejak awal kemerdekaannya, Indonesia menganut kebijakan luar negeri bebas aktif yang menekankan pada perdamaian dunia. Pemerintah secara konsisten menolak untuk berpihak dalam konflik internasional dan menjaga netralitasnya.
Tuvalu
Negara kecil di Samudra Pasifik ini memiliki populasi hanya sekitar 11.000 jiwa. Dengan infrastruktur yang minim dan sumber daya terbatas, Tuvalu tidak menarik secara strategis dan karenanya kemungkinan besar akan luput dari konflik.
Argentina
Meski pernah terlibat dalam konflik seperti Perang Malvinas (Falklands), Argentina dinilai memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Persediaan hasil pertanian yang melimpah membuatnya lebih mampu bertahan dalam skenario kelaparan pasca perang nuklir.
Bhutan
Negara kecil di pegunungan Himalaya ini secara resmi menyatakan netralitas sejak bergabung dengan PBB pada 1971. Letaknya yang terisolasi dan kondisi geografisnya yang sulit dijangkau membuat Bhutan relatif aman.
Chili
Dengan garis pantai sepanjang lebih dari 6.000 km dan kekayaan sumber daya alam, Chili dinilai cukup mandiri untuk bertahan dalam kondisi global yang tidak stabil. Lokasinya yang jauh dari pusat-pusat konflik juga jadi nilai tambah.
Australia
Meskipun tidak masuk daftar awal, Australia sering dianggap sebagai alternatif aman karena lokasinya yang jauh dari zona konflik utama dan kemampuan militernya yang cukup kuat untuk menjaga perbatasan.
Kanada
Kanada juga bisa menjadi opsi aman dengan reputasinya sebagai negara damai dan kebijakan luar negeri yang cenderung moderat. Wilayahnya yang luas dan sumber daya alam yang melimpah mendukung keberlangsungan hidup jangka panjang.