Riset terhadap Gunung Padang akan Kembali Dilakukan untuk Ungkap Misteri

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Situs Gunung Padang/Laman Kemdikbud

Kementerian Kebudayaan bakal melanjutkan riset serta kajian terhadap situs arkeologi Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Riset terhadap situs ini sempat terhenti pada 2014 lantaran adanya perbedaan pandangan antarpara arkeolog.

Dimulai kembalinya riset terhadap struktur raksasa tersebut guna menyibak tabir misteri yang masih menjadi teka-teki sejumlah arkeolog.

“Ya, Gunung Padang juga kita akan meneruskan riset dan kajiannya karena itu sempat lama terhenti. Ada pandangan yang berbeda-beda dari kalangan arkeolog,” kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon di Jakarta, pada Rabu (8/1/2025).

Rencananya, Fadli bakal mengundang sejumlah arkeolog dengan mengenai situs itu. Tujuannya agar ditemukan solusi terbaik langkah apa yang mesti dilakukan ke depannya.

“Nah ini perlu kita kumpulkan biar perilmuan ini berdebat dan nanti kita cari yang terbaik, apa yang harus kita lakukan,” katanya.

Perdebatan Seputar Gunung Padang

Situs Gunung Padang telah bertahun-tahun menjadi subjek perdebatan yang intens di kalangan para ahli. Situs ini dikenal sebagai salah satu kompleks megalitik terbesar di Asia Tenggara dan menjadi fokus penelitian arkeologi, geologi, dan bahkan teori alternatif mengenai asal-usul peradaban.

Beberapa peneliti, seperti Tim Riset Mandiri (TRM) yang dipimpin oleh Danny Hilman Natawidjaja, seorang ahli geologi dari LIPI, mengklaim bahwa Gunung Padang adalah situs berusia lebih dari 10.000 tahun, bahkan mungkin berasal dari 20.000 tahun yang lalu. Mereka berargumen bahwa lapisan bawah situs ini menunjukkan keberadaan struktur buatan manusia yang jauh lebih tua daripada peradaban Mesir kuno atau Mesopotamia.

Sebaliknya, banyak arkeolog dan ahli sejarah berpendapat bahwa situs ini hanya berusia sekitar 2.500 hingga 4.000 tahun, berdasarkan analisis karbon (C-14) dan ciri-ciri budaya megalitik yang ditemukan di situs ini. Mereka skeptis terhadap klaim bahwa Gunung Padang adalah bukti peradaban yang sangat kuno.

Kendati demikian, sebagian besar arkeolog berpendapat bahwa Gunung Padang adalah tempat ritual atau keagamaan masyarakat megalitik, berdasarkan susunan batu-batunya yang mengarah ke aktivitas pemujaan atau upacara.

Ada juga teori yang menyebutkan bahwa Gunung Padang adalah piramida tersembunyi atau struktur buatan manusia yang memiliki fungsi lain, seperti pusat energi atau bukti peradaban maju di masa lalu.

Penelitian geofisika menggunakan radar penembus tanah (GPR), resistivitas, dan seismik oleh tim Danny Hilman menunjukkan adanya struktur berlapis yang dianggap sebagai bukti keberadaan ruangan atau konstruksi di bawah permukaan.

Akan tetapi, banyak arkeolog mengkritik pendekatan ini, karena metode geofisika hanya memberikan indikasi, bukan bukti langsung. Mereka menekankan pentingnya penggalian arkeologis yang sistematis untuk memastikan klaim tentang struktur bawah tanah.

Jika klaim bahwa situs ini berusia lebih dari 10.000 tahun terbukti, hal ini akan mengubah pandangan konvensional tentang asal-usul peradaban manusia, menunjukkan bahwa Nusantara mungkin menjadi pusat peradaban kuno yang lebih tua daripada yang selama ini diyakini. Namun, banyak ahli tetap skeptis terhadap klaim ini, mengingat keterbatasan bukti yang tersedia dan risiko sensasionalisme dalam penelitian semacam ini.

Terpengaruh Agenda Politik

Ada kekhawatiran bahwa penelitian Gunung Padang kadang-kadang dipengaruhi oleh agenda politik atau sensasionalisme, yang dapat memengaruhi kredibilitas ilmiah.

Baca Juga:

Korban Tewas Banjir Lahar Gunung Marapi Sumbar Bertambah Jadi 50 Orang

OPM Bakar Sekolah di Papua Pegunungan karena Tak Terima Siswa Diminta Menghafal UUD

Korban Jiwa Serangan Israel Menggunung, Capai Lebih dari 37 Ribu

Share: Riset terhadap Gunung Padang akan Kembali Dilakukan untuk Ungkap Misteri