Platform e-Niaga Bukalapak resmi mengumumkan penutupan layanan marketplace mereka dan bergeser untuk fokus menjual produk-produk virtual, seperti pulsa, token, dan lainnya. Keputusan ini akan berlaku efektif mulai 9 Januari 2025 mendatang.
Pergeseran fokus penjualan disebut perusahaan sebagai wujud adaptasi terhadap tren pasar dan kebutuhan digital yang berkembang pesat.
Melalui pengumuman resminya, Bukalapak menyatakan pembeli masih bisa melakukan transaksi produk fisik hingga 9 Februari 2025, sementara fitur unggah produk oleh pelapak atau mitra Bukalapak baru akan dinonaktifkan mulai 1 Februari 2025.
“Kami berkomitmen untuk memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna kami melalui layanan yang lebih fokus dan relevan,” demikian tulis pengumuman Bukalapak melalui blog resminya, dikutip pada Rabu (8/1/2025).
Alasan Penutupan
Platform e-Niaga yang digagas oleh Achmad Zaky cs. itu memutuskan untuk menutup layanan marketplace mereka sebagai respons terhadap perubahan kebutuhan pasar dan tren digital. Perusahaan itu menyatakan bahwa fokus perusahaan akan bergeser sepenuhnya ke penjualan produk virtual.
Keputusan ini disebut pihak perusahaan berdasarkan analisis bisnis yang mendalam dan kebutuhan untuk meningkatkan profitabilitas. Mereka menilai produk virtual seperti pulsa, token listrik, dan pembayaran tagihan lebih relevan dan menguntungkan di era digital saat ini, ketimbang berjualan produk fisik. Transformasi ini sebagai upaya perusahaan untuk menjaga keberlanjutan bisnis jangka panjang
Konsisten Rugi
Bukalapak (BUKA) diketahui terus mengalami kerugian sejak melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham di Bursa Efek Indonesia pada 2021. Berikut adalah beberapa catatan kerugian Bukalapak:
Pada 2021, BUKA membukukan rugi bersih sebesar Rp1,67 triliun. Selanjutnya pada 2022, BUKA mencatatkan rugi Rp1,98 triliun.
Demikian juga di 2023, BUKA mencatatkan kerugian Rp1,36 triliun. Sementara pada kuartal III 2024, BUKA mencatatkan rugi usaha sebesar Rp1,32 triliun.
Manajemen BUKA telah memutuskan untuk melakukan restrukturisasi usaha dan PHK karyawan untuk mencapai tujuan strategis dan keberlanjutan perseroan. PHK karyawan akan dilakukan bertahap dalam jangka waktu dua kuartal mendatang.
Meski mengalami kerugian, BUKA memiliki modal yang kuat dengan Rp19 triliun dalam bentuk kas, setara kas, dan investasi likuid. BUKA juga terus berinvestasi pada peluang pertumbuhan untuk meningkatkan skala bisnis dan mendorong pendapatan serta margin di tahun-tahun mendatang.
Baca Juga:
Eks CEO Bukalapak Rachmat Resmi Gabung di Kemenko Marves