Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengusulkan agar mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur diberi gelar pahlawan nasional. Hal itu lantaran Cak Imin menilai peran Gus Dur yang begitu besar dalam memupuk dan menumbuhkan kebhinekaan di Indonesia.
Cak Imin menyampaikan hal itu dalam acara Haul ke-15 Gus Dur yang diselenggarakan oleh Badan Persaudaraan Antariman (Berani), badan otonom (Banom) PKB, di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Jumat (13/12/2024).
“Kita semua menyadari sepenuhnya Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, telah menjadi pemimpin kita yang telah membuktikan perjuangan itu semua. Dan hari ini, kita bisa menikmati berbagai keadaan karena jerih payah dan pengorbanan yang Gus Dur berikan kepada bangsa kita,” ujar Cak Imin.
Menurut Cak Imin, rasa aman masyarakat dalam memeluk agama di Indonesia merupakan andil Gus Dur semasa hidupnya. Cak Imin yang merupakan keponakan Gus Dur itu menganggap buah perjuangan Presiden RI Ke-4 itu dalam menegakkan toleransi di Indonesia abadi hingga saat ini.
Sebab itu, dia mengajak agar generasi penerus bangsa ini dapat mewarisi nilai-nilai yang ditanamkan oleh Gus Dur.
“Tentu kita semua mengakui, menyadari bahwa Indonesia harus terus kita rawat kebhinekaan, keberagaman, persaudaraan, persatuan, kemanusiaan harus terus menjadi perjuangan kita untuk terwujud dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Seteru Gus Dur Vs Cak Imin
Semasa hidupnya, Gus Dur dengan Cak Imin memiliki hubungan kurang harmonis. Keduanya terlibat dalam sebuah seteru yang dipicu dari konflik internal di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai yang didirikan Gus Dur.
Ketegangan ini mencapai puncaknya pada tahun 2008 ketika Cak Imin, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum PKB, dituding melakukan kudeta kepemimpinan terhadap Gus Dur, yang merupakan Ketua Dewan Syuro dan tokoh sentral PKB.
Cak Imin menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB) untuk merebut kendali partai, yang kemudian berujung pada pemecatan Gus Dur dari jabatan Ketua Dewan Syuro. Langkah ini dianggap Gus Dur sebagai pengkhianatan, karena PKB didirikan dengan dasar perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat erat kaitannya dengan dirinya. Perseteruan ini membuat Gus Dur membentuk PKB tandingan, namun gagal mendapatkan pengakuan resmi.
Sejak itu, hubungan keduanya memburuk. Konflik ini tidak hanya berdampak pada internal partai, tetapi juga mencerminkan perpecahan politik di kalangan Nahdliyin. Perseteruan tersebut hingga kini menjadi catatan sejarah penting dalam perjalanan PKB.
Baca Juga:
Menristek Era Gus Dur Puji Kapabilitas Mahfud: Sangat Konsern Berantas Korupsi
Putri Gus Dur Ungkap Alasan Kenapa Sang Ayah Istimewakan Mahfud: Tak Kenal Takut
Doa Eks Ketum PBNU KH Said Aqil untuk Mahfud: Beliau Sosok yang Dibanggakan Gus Dur