Dokumen rahasia Jerman mengungkap bahwa Berlin telah mulai merencanakan bagaimana dapat membantu mengerahkan sebanyak 800 ribu pasukan NATO, termasuk Amerika Serikat, ke Ukraina seiring dengan meningkatnya ancaman nuklir dari Rusia.
Rencana tersebut tertuang dalam dokumen bertajuk “Operasi Deutschland” sepanjang 1.000 halaman untuk mempersiapkan Jerman menghadapi kemungkinan skenario Perang Dunia III, yang diungkap pada Rabu pekan lalu.
Surat kabar Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung melaporkan bahwa dokumen rahasia tersebut merinci bangunan dan infrastruktur tertentu yang perlu dilindungi agar dapat digunakan oleh militer, serta bagaimana bisnis dan warga sipil harus bersiap menghadapi ancaman yang meningkat.
Dokumen tersebut juga menyarankan bahwa Berlin sedang mempersiapkan cara untuk menggerakkan 200 ribu kendaraan militer melintasi wilayah Jerman jika aliansi diperlukan untuk bergabung dalam upaya Ukraina, meskipun rincian lebih lanjut tetap dirahasiakan. Jerman juga telah memberi saran kepada warganya tentang cara mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk dengan meningkatkan kemandirian mereka melalui mekanisme seperti memasang generator diesel atau bahkan turbin angin.
Kekhawatiran ini tidak hanya terbatas pada Jerman. Swedia dan Norwegia juga baru-baru ini mengeluarkan pamflet dan literatur yang menginstruksikan warganya tentang cara bersiap jika konflik Ukraina meluas ke negara mereka.
Kekhawatiran yang meningkat ini muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi mengubah kebijakan serangan nuklir Kremlin Selasa pekan lalu. Putin mengumumkan bahwa Moskow kini dapat menggunakan senjata nuklir sebagai respons terhadap serangan “konvensional” yang tidak menggunakan senjata nuklir.
Meskipun Berlin telah dikritik karena dianggap ragu-ragu dalam mendukung perjuangan Ukraina sejak 2022, namun Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan bahwa negara tersebut tidak akan membiarkan diintimidasi oleh perubahan kebijakan nuklir Putin.
“Putin sedang bermain dengan ketakutan kita. Dia tidak hanya mulai melakukan ini 1.000 hari yang lalu [ketika Rusia menginvasi Ukraina], dia sudah mulai sejak 2014 [ketika Rusia mencaplok Krimea],” katanya.
“Jerman, khususnya, melakukan kesalahan pada saat itu, terutama secara politik, dengan membiarkan dirinya diintimidasi oleh ketakutan ini — dan di atas segalanya, tidak mendengarkan mitra-mitranya, terutama mitra-mitra kami di Eropa Timur, yang pada saat itu jelas menyatakan bahwa kita tidak boleh bergantung pada janji-janji dari Kremlin,” tambahnya.
Perubahan kebijakan doktrin nuklir Rusia ini merupakan respons terhadap perkembangan besar lainnya dalam pelaksanaan perang minggu lalu. Lewat keputusan AS yang mengizinkan Ukraina untuk menembakkan misil jarak jauh buatan Amerika ke Rusia membuat negara itu semakin terancam, sehingga meresponsnya dengan mengubah doktrin nuklir.
Baca Juga:
Google Beralih ke Reaktor Nuklir untuk Tenagai Pengembangan AI
Bertemu Putin, Prabowo Buka Peluang Kerja Sama Indonesia-Rusia di Sektor Energi Nuklir