Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit yang menurunkan ambang batas untuk serangan nuklir negara itu sebagai respons terhadap berbagai serangan konvensional, pada Selasa (19/11/2024). Lewat dekrit terbaru ini, Rusia diizinkan untuk memakai senjata nuklirnya walaupun hanya mendapat serangan dari senjata konvensional.
Sementara dalam dekrit sebelumnya (2020) menyatakan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika diserang dengan senjata nuklir oleh musuh atau diserang secara konvensional yang mengancam eksistensi negara tersebut.
Dilansir melalui Reuters, Putin menyetujui perubahan tersebut beberapa hari setelah dua pejabat AS dan seorang sumber mengatakan bahwa Pemerintah Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia yang lebih dalam, pada Minggu (17/11/2024).
Para analis mengatakan bahwa perubahan terbesar dalam dektrit tersebut adalah bahwa Rusia dapat mempertimbangkan serangan nuklir sebagai respons terhadap serangan konvensional terhadap Rusia atau sekutunya Belarus yang “menciptakan ancaman kritis terhadap kedaulatan mereka dan (atau) integritas teritorial mereka”.
“Secara keseluruhan, Rusia menurunkan ambang batas untuk serangan nuklir sebagai respons terhadap kemungkinan serangan konvensional,” kata Alexander Graef, seorang peneliti senior di Institut Penelitian Perdamaian dan Kebijakan Keamanan di Universitas Hamburg.
Doktrin tersebut mengatakan bahwa serangan apa pun oleh kekuatan non-nuklir yang didukung oleh kekuatan nuklir (negara yang mempunyai hulu ledak nuklir) akan dianggap sebagai serangan bersama, dan bahwa serangan oleh satu anggota blok militer akan dianggap sebagai serangan oleh seluruh aliansi.
Pintu Gerbang Perang Dunia
Doktrin ini digadang-gadang menjadi pintu gerbang bagi perang dunia ke-3 jika Rusia nekat meluncurkan senjata pemusnah massal mereka ke wilayah Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa Ukraina telah menyerang wilayah Bryansk di Rusia dengan enam rudal, dan sistem pertahanan udara berhasil mencegat lima rudal dan merusak satu lainnya.
Rusia telah memperingatkan Barat selama berbulan-bulan bahwa jika Washington mengizinkan Ukraina untuk menembakkan rudal buatan AS, Inggris, dan Prancis ke dalam wilayah Rusia, Moskow akan menganggap negara-negara anggota NATO tersebut terlibat langsung dalam perang di Ukraina.
Moskow menyatakan bahwa Ukraina telah melancarkan serangan jauh ke dalam wilayah Rusia menggunakan rudal ATACMS buatan AS.
Baca Juga:
Rusia Berencana Bentuk ‘Kementerian Seks’ untuk Genjot Angka Kelahiran
Studi: Rusia Sebarkan Disinformasi Soal Badai untuk Pecah Belah Rakyat AS Jelang Pilpres 2024
AS Konfirmasi 3.000 Tentara Korut Tengah Dikerahkan ke Rusia