Sebuah laporan terbaru mengungkap rincian yang mengerikan tentang keadaan seputar pembunuhan dokter bedah terkenal Gaza, Adnan Al-Bursh di penjara Israel pada bulan Mei lalu.
Seorang tawanan di Penjara Ofer Israel di Tepi Barat yang diduduki mengatakan kepada Sky News pada Kamis (14/11/2024) mengenai bagaimana pasukan Israel meninggalkan Dr. Al-Bursh, yang telah disiksa dengan kejam, untuk mati sendirian dalam kesakitan yang menyiksa. Ia ditinggalkan dalam kondisi telanjang dari pinggang ke bawah di halaman penjara.
Tawanan tersebut, yang sebelumnya mengenal Dr. Al-Bursh di Gaza, memberikan rincian dalam deposisi kepada pengacara dari organisasi hak asasi manusia Israel HaMoked.
“Pada pertengahan April 2024, Dr. Adnan Al-Bursh tiba di Bagian 23 Penjara Ofer . Para penjaga penjara membawa Dr. Adnan Al-Bursh ke bagian itu dalam kondisi yang menyedihkan. Ia jelas telah disiksa dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Ia telanjang di bagian bawah tubuhnya,” kata tawanan tersebut, seperti dikutip melalui The New Arab.
“Para penjaga penjara melemparkannya ke tengah halaman dan meninggalkannya di sana. Dr. Adnan Al-Bursh tidak dapat berdiri. Salah satu tahanan membantunya dan menemaninya ke salah satu ruangan. Beberapa menit kemudian, para tahanan terdengar berteriak dari ruangan tempat mereka masuk, menyatakan Dr. Adnan Al-Bursh (telah meninggal)” tambahnya.
Dr. Al-Bursh secara luas dianggap sebagai salah satu dokter bedah paling berkualitas dan terkenal di wilayah Gaza. Ia menjadi dikenal dunia ketika fotonya yang berlumuran darah dari korban pemboman Israel viral di media sosial pada 2018 silam.
Ketika perang Israel di Gaza meletus pada bulan Oktober tahun lalu, Dr. Al-Bursh bekerja di rumah sakit al-Shifa sebagai kepala bedah ortopedi. Pada bulan November, Israel mengepung rumah sakit tersebut sehingga memaksa Dr. Al-Bursh beserta seluruh staf dan pasiennya untuk melarikan diri.
Dr. Al-Bursh juga tercatat sempat bertugas di RS Indonesia Gaza. Setelah bertugas di rumah sakit Indonesia di Bait Lahia dan mendokumentasikan pasukan Israel yang mengepung dan menembaki pasien dan staf tanpa pandang bulu, ia sekali lagi diperintahkan untuk pergi karena Israel secara sistematis menghancurkan sistem kesehatan Gaza.
Dr. Al-Bursh kemudian pindah ke rumah sakit Al-Awda di utara Gaza, tempat pasukan Israel mengepungnya. Di sinilah Al-Bursh ditangkap oleh pasukan Israel.
“[Direktur] memberi tahu kami bahwa [tentara Israel] memiliki data lengkap semua pria berusia antara 14 dan 65 tahun di rumah sakit Awda,” rekannya Dr Mohammad Obeid mengatakan kepada Sky News.
“Mereka mengatakan kepadanya bahwa jika semua pria tidak datang… mereka akan menghancurkan Rumah Sakit Awda beserta semua wanita dan anak-anak di dalamnya,” tambahnya.
Menurut Obeid, setelah Dr. Al-Bursh meninggalkan rumah sakit, tentara Israel memanggil namanya dan kemudian dengan kasar membawanya pergi.
Dr Al-Bursh kemudian dibawa ke fasilitas penahanan Sde Teiman yang terkenal di Negev, yang oleh para whistleblower dan mantan narapidana disamakan dengan kamp konsentrasi.
Laporan tentang kekerasan fisik, mental, dan seksual tersebar luas di Sde Teiman, dengan kasus pemerkosaan yang begitu parah hingga mengakibatkan kematian dan luka serius pada tahanan. Dr. Khalid Hamouda, mantan narapidana kamp Sde Teiman, mengatakan kepada Sky News bahwa banyak tahanan yang ditahan di sana adalah tenaga medis.
Di sinilah Al-Bursh mengalami penyiksaan brutal, dipukuli dengan kejam oleh penjaga Israel. Tingkat penyiksaan yang dialaminya tidak diketahui.
Baca Juga:
Saudi Akhirnya Kecam Israel, Tuding Negara Itu Lakukan Genosida di Gaza
Wikipedia Resmi Tambah ‘Genosida Gaza’ di Daftar Genosida Dunia
Surat Kabar Ternama Israel Tuding Netanyahu Lakukan Pembersihan Etnis di Gaza