Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan menyiapkan anggaran sebesar 327 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp5,1 triliun, guna menyetop epidemi kesepian yang menjadi salah satu masalah utama di negeri Ginseng tersebut. Anggaran itu disiapkan guna menciptakan kota di mana tidak ada seorang pun yang merasa kesepian dalam lima tahun ke depan.
“Kesepian dan keterasingan bukan sekadar masalah individu, tetapi tugas yang harus diselesaikan masyarakat bersama-sama. Kota ini akan memobilisasi seluruh sumber daya kota untuk membantu orang-orang yang kesepian pulih dan kembali ke masyarakat,” ujar Wali Kota Seoul, Oh Se-hoon dalam siaran pers yang dikutip melalui CBS 58, Senin (28/10/2024).
Inisiatif baru ini meliputi penyediaan konselor kesepian yang tersedia melalui hotline yang melayani 24 jam nonstop tanpa hari libur. Serta juga platform daring untuk konseling serupa, dan tindakan lanjutan termasuk kunjungan dan konsultasi langsung.
Kota ini juga berencana untuk memperkenalkan layanan psikologis dan ruang terbuka hijau yang lebih luas; rencana makan bergizi untuk penduduk setengah baya dan lanjut usia; sistem pencarian yang khusus untuk mengidentifikasi penduduk terisolasi yang membutuhkan bantuan; dan kegiatan untuk mendorong orang-orang keluar rumah dan terhubung dengan orang lain, seperti berkebun, berolahraga, klub buku, dan banyak lagi.
Para ahli menyambut baik langkah-langkah tersebut tetapi mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan, sebagian karena kesepian di Korea terkait dengan bagian-bagian unik tertentu dari budaya Korea yang sulit diubah.
“Kesepian adalah masalah sosial yang signifikan saat ini, jadi upaya atau kebijakan untuk mengatasinya mutlak diperlukan,” kata An Soo-jung, seorang profesor Psikologi di Universitas Myongji.
Namun, ia memperingatkan bahwa perlu ada pertimbangan cermat tentang seberapa efektif langkah-langkah ini akan diterapkan.
Masalah kesepian telah menjadi perhatian nasional di Korea Selatan selama dekade terakhir karena jumlah kasusnya terus mengalami peningkatan. Kasus ini bukan hanya melanda orang berusia lanjut, tetapi juga orang muda yang menarik diri dari dunia dan menghabiskan hari-hari mereka terisolasi di rumah, sering kali selama berbulan-bulan.
Fenomena ini, yang dikenal dengan istilah Jepang “hikikomori,” telah menjadi semakin umum di Korea Selatan. Negara itu diperkirakan memiliki hingga 244.000 orang penyendiri seperti itu pada tahun 2022.
Jumlah kematian karena kesepian juga meningkat mencapai 3.661 pada tahun lalu, naik dari 3.559 pada tahun 2022 dan 3.378 pada tahun 2021.
Baca Juga:
Seorang Ibu Gugat AI Chatbot karena Diduga Jadi Penyebab Putranya Bunuh Diri
Studi: Transgender Lebih Sering Alami Gangguan Mental dan Pikiran Bunuh Diri
Studi: Transgender Lebih Sering Alami Gangguan Mental dan Pikiran Bunuh Diri