InternasionalIsu Terkini

Studi: Rusia Sebarkan Disinformasi Soal Badai untuk Pecah Belah Rakyat AS Jelang Pilpres 2024

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Pexels/Markus Winkler/Ilustrasi Hoaks atau Disinformasi

Penelitian terbaru dari Institute for Strategic Dialogue (ISD) menemukan bahwa Rusia sengaja menyebarkan konten disinformasi mengenai Badai Helene dan Milton, yang baru-baru ini melanda sejumlah wilayah di Amerika Serikat (AS), untuk memecah belah rakyat negara itu jelang Pilpres AS 2024. Kremlin dituding secara masif memanipulasi wacana politik Amerika melalui media pemerintah Rusia dan jaringan akun media sosial serta situs web, sebelum pemilihan presiden.

“Konten itu mengeksploitasi kekhawatiran tentang upaya pemulihan dalam usaha untuk menggambarkan para pemimpin Amerika sebagai (pihak) tidak kompeten dan korup,” kata temuan penelitian dari organisasi yang berpusat di London, Inggris tersebut, seperti dikutip melalui Associated Press (AP) pada Minggu (27/10/2024).

Dalam beberapa kasus, klaim keliru tentang badai tersebut mencakup gambar palsu yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan, seperti foto yang menggambarkan pemandangan banjir yang dahsyat di Disney World yang tidak pernah terjadi di dunia nyata. Studi itu melihat pendekatan tersebut konsisten dengan praktik lama Kremlin dalam mengidentifikasi perdebatan dan isu-isu yang kontroversial di AS untuk kemudian mengeksploitasinya.

Kampanye disinformasi sebelumnya telah memanfaatkan perdebatan tentang imigrasi, rasisme, kejahatan, dan ekonomi dalam upaya untuk menggambarkan AS sebagai negara yang korup, kejam, dan tidak adil. Pejabat intelijen AS dan perusahaan teknologi swasta mengatakan aktivitas Rusia telah meningkat tajam sebelum pemilihan umum 5 November karena Moskow mencoba memanfaatkan peluang untuk melemahkan musuh global utamanya.

Dengan memanfaatkan kekhawatiran nyata tentang pemulihan bencana, badan disinformasi Rusia dapat menyusup ke dalam wacana AS, menggunakan isu-isu yang sensitif untuk melemahkan kepercayaan warga Amerika terhadap pemerintah mereka serta kepercayaan satu sama lain.

“Ini bukan situasi yang diciptakan oleh aktor asing. Mereka (Rusia) hanya menyiramkan bensin ke api yang sudah ada, ” kata Direktur Penelitian di ISD, Melanie Smith.

Konten yang diidentifikasi oleh ISD mencakup unggahan berbahasa Inggris yang jelas ditujukan untuk warga Amerika, serta propaganda berbahasa Rusia yang ditujukan untuk khalayak domestik. Sebagian besar disinformasi ditujukan kepada Badan Manajemen Darurat Federal dan Pemerintahan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris dari Partai Demokrat.

Ia adalah calon dari partainya dalam persaingan memperebutkan kursi di Gedung Putih melawan mantan Presiden Donald Trump dari Partai Republik. Peneliti menuding invasi Rusia ke Ukraina tetap menjadi motivasi utama Kremlin untuk menyebarkan kebohongan tentang respons Pemerintah AS terhadap badai.

“Jika Rusia dapat meyakinkan cukup banyak warga Amerika untuk menentang dukungan AS terhadap Ukraina, hal itu dapat mempermudah jalan bagi kemenangan Moskow,” kata para pejabat dan analis.

Para pejabat intelijen AS mengatakan disinformasi Rusia tampaknya dirancang untuk mendukung Trump, yang telah memuji Presiden Rusia Vladimir Putin dan meremehkan aliansi NATO dan para pemimpin Ukraina. Unggahan yang terkait dengan Rusia secara rutin merendahkan Harris, dengan mengatakan bahwa ia mengabaikan permohonan para korban badai. Sebaliknya, unggahan terbaru dari perusahaan media pemerintah Rusia, RT (sebelumnya dikenal sebagai Russia Today) menyebut Trump sebagai sosok mistis dengan proporsi yang bersejarah.

Pejabat intelijen mengonfirmasi pada hari Selasa pekan lalu bahwa Rusia membuat video yang dimanipulasi untuk menjelek-jelekkan pasangan Harris dan Calon Wakil Presiden Tim Walz.

Rusia telah menolak klaim bahwa mereka mencoba mencampuri pemilihan umum AS. Kedutaan Besar Rusia belum menanggapi pesan minggu ini yang meminta komentar tentang tuduhan baru-baru ini oleh para peneliti dan pejabat intelijen.

Baca Juga:

AS Konfirmasi 3.000 Tentara Korut Tengah Dikerahkan ke Rusia

Korut Bantah Tuduhan Korsel Telah Kirim Pasukan ke Rusia untuk Serang Ukraina

Intelijen Korsel Sebut Korut Kerahkan Ribuan Pasukan Khusus untuk Bantu Rusia dalam Perang Ukraina

Share: Studi: Rusia Sebarkan Disinformasi Soal Badai untuk Pecah Belah Rakyat AS Jelang Pilpres 2024