Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris mengatakan Iran adalah musuh paling signifikan bagi Amerika Serikat. Pernyataan itu sehubungan dengan serangan Iran ke Israel menggunakan ratusan misil balistik beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi CBS yang ditayangkan pada Senin (7/10/2024) malam, kandidat presiden dari Partai Demokrat itu mengatakan, Iran adalah jawaban ‘jelas’ ketika ditanya tentang negara yang dianggapnya sebagai ‘musuh terbesar’ AS.
“Iran memiliki darah Amerika di tangan mereka – serangan terhadap Israel ini, (menggunakan) 200 rudal balistik, ” kata Harris, seperti dikutip melalui Al Jazeera.
“Apa yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa Iran tidak pernah mencapai kemampuan untuk memiliki (kapabilitas) tenaga nuklir. Itu adalah salah satu prioritas tertinggi saya,” sambungnya.
Harris ditanya apakah dia akan menggunakan kekuatan militer untuk mencegah Iran memperoleh kemampuan senjata nuklir, tetapi dia mengatakan dirinya tidak akan membahas hipotesis.
Iran sendiri berulang kali membantah tengah mengembangkan senjata nuklir. Pada 2018, mantan Presiden AS Donald Trump, saingan Harris dalam pemilihan presiden November, membuat kesepakatan multilateral yang meminta Iran mengurangi program nuklirnya dengan imbalan akan mencabut sanksi terhadap negara itu.
Iran sendiri telah melancarkan serentetan serangan terhadap Israel menggunakan ratusan misil balistik pada Selasa (1/10/2024). Serangan Teheran itu merupakan respons atas kematian pemimpin politbiro Hamas Ismail Haniyeh, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, dan komandan IRGC Abbas Nilforoshan yang ketiganya dihabisi Israel.
Komentar Harris itu menggarisbawahi kemunculan kembali Timur Tengah sebagai keprihatinan utama AS di tengah perang yang meluas di Gaza. Dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat AS telah mendorong persaingan strategis dengan China sebagai prioritas kebijakan luar negeri utama Washington.
Awal tahun itu, Strategi Keamanan Nasional Gedung Putih merilis penilaian empat tahunan. Dokumen itu menggambarkan persaingan dengan Beijing sebagai tantangan geopolitik paling konsekuensial bagi Washington.
Invasi Rusia ke Ukraina juga telah menjadi area fokus utama bagi AS. Negara itu telah memberikan dukungan militer dan keuangan untuk Kyiv dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.
Kekerasan di Timur Tengah, bagaimanapun, telah mengalihkan perhatian pemerintah AS lagi ke permusuhan terhadap Iran dan aliansinya dengan Israel.
Baca Juga:
Foto Pasangan yang Rayakan Ulang Tahun Pernikahan Mereka di Bawah Serbuan Rudal Iran Menjadi Viral
Netanyahu Janji Bakal Segera Balas Serangan Iran
Iran Janji Bakal Respons Lebih Keras Jika Israel Balas Serangan Rudal