Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui masih menggunakan standar perhitungan lama dari World Bank atau Bank Dunia untuk mengalkulasi kemiskinan ekstrem di Indonesia. Mereka menggunakan standar pendapatan Rp29.500 per kapita per hari untuk mengelompokkan kalangan miskin.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, pihaknya masih menggunakan standar perhitungan World Bank lama, yakni 1,9 dolar AS (Rp29.500) per kapita per hari, guna menghitung angka kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Padahal Bank Dunia sudah merevisi standar garis kemiskinan terbaru, yakni mengacu angka pendapatan baru sebesar 3,2 dolar AS (Rp49.700) per kapita per hari. Standar ini telah diadopsi sejak 2022 melalui angka Purchasing Power Parity (PPP) 2017 dari sebelumnya PPP 2011.
“(Perhitungan) kemiskinan ekstrem kita masih pakai 1,9 dolar AS supaya membandingkannya sama yang sebelumnya. Supaya perbandingannya secara historisnya sama,” kata Amalia kepada media di Jakarta, seperti dikutip pada Senin (2/9/2024).
Dengan standar perhitungan itu, BPS hanya menggolongkan penduduk yang pendepadapatn sama dengan atau di bawah Rp29.500 per hari saja yang tergolong miskin ekstrem. Sementara penduduk yang hanya berpendapatan Rp30 ribu per hari tidak dicatat sebagai golongan yang mengalami kemiskinan ekstrem.
Pihaknya mengaku belum berencana untuk membuang standar lama ini guna menghitung kemiskinan ekstrem di Tanah Air. Penggunaan standar perhitungan yang rendah tentu saja membuat angka kemiskinan di Indonesia terlihat kecil.
Pada Maret 2022, persentase penduduk miskin ekstrem sebesar 2,04 persen, kemudian turun menjadi 1,74 persen di bulan September 2022, dan 1,12 persen pada Maret 2023.
Sementara angka Kemiskinan ekstrem di Maret 2024 kembali turun menjadi 0,83 persen dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 yang besarnya 1,12 persen. Sedangkan, persentase penduduk miskin Indonesia menurun pada Maret 2024 sebesar 9,03 persen, dibandingkan dengan Maret 2023 yang besarnya 9,36 persen.
Baca Juga:
Mahasiswa Bangladesh Dorong Peraih Nobel Pemberantas Kemiskinan, Muhammad Yunus Pimpin Pemerintahan
Bansos Dinilai Tidak Efektif Turunkan Angka Kemiskinan, Kenapa?
Siti Atikoh Kenalkan Program Pengentasan Kemiskinan Ganjar-Mahfud ke Ibu-Ibu di Magelang