Kesehatan

WHO Tetapkan Status Darurat Kesehatan Global Wabah Cacar Monyet

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Cacar Monyet/Kemekes

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status darurat kesehatan global untuk memerangi wabah Cacar Monyet atau Mpox baru. Wabah ini melanda dengan cepat wilayah Afrika timur dan tengah.

Badan PBB tersebut mengeluarkan peringatan tingkat tertinggi setelah keputusan bulat para ilmuwan yang memantau peningkatan penyebaran virus itu. Ribuan kasus Mpox dan ratusan kematian telah tercatat di Republik Demokratik Kongo (DRC), negara di Afrika tengah, pada 2024. Dalam beberapa minggu terakhir infeksi ini mulai menyebar ke negara-negara tetangga.

Skala wabah dan potensi penyebarannya ke seluruh benua dan sekitarnya, telah membuat WHO mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) kedelapan dalam dua dekade terakhir. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, ledakan kasus Mpox di Kongo tahun ini harus menjadi perhatian global.

“Sesuatu yang harus menjadi perhatian kita semua,” kata Ghebreyesus saat mengumumkan peringatan tersebut, seperti dikutip melalui The Telegraph, Kamis (15/8/2024).

Deklarasi PHEIC dirancang guna membantu mengatur sumber daya untuk “kejadian luar biasa”. Sebab untuk meredam penyebaran penyakit lintas batas, perlu diatasi dengan tindakan internasional.

Sebaran di Kongo

Sudah lebih dari 500 orang meninggal tahun akibat infeksi virus tersebut di Kongo. Negara itu telah mencatat hampir 15 ribu kasus yang dicurigai merupakan infeksi Mpox.

Penyebaran serta lonjakan kasus di sana telah membuat banyak pejabat kesehatan masyarakat khawatir bahwa virus ini akan segera menyebar lebih jauh. Munculnya strain mutan baru, atau clade, dan indikasi bahwa virus semakin mudah menyebar dari orang ke orang telah menambah kekhawatiran itu.

“Deteksi dan penyebaran cepat dari kelompok Mpox baru di Kongo timur, deteksinya di negara-negara tetangga yang sebelumnya belum pernah melaporkan Mpox, dan potensi penyebaran lebih lanjut di Afrika dan sekitarnya sangat mengkhawatirkan,” ujar Ghebreyesus.

Mpox menyebar melalui kontak fisik dan menyebabkan ruam, demam, nyeri dan pada beberapa pasien dengan gangguan kekebalan tubuh dapat berakibat fatal. Kasus manusia pertama terdeteksi di barat laut Kongo pada 1970, ketika seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun mengalami ruam parah yang mengingatkan petugas medis pada penyakit cacar.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi dua clade berbeda di Afrika. Clade 2 ditemukan di Afrika Barat dan pada 2022 yang memicu epidemi global ketika penyakit ini menyebar ke lebih dari 100 negara, terutama menyerang laki-laki gay dan biseksual.

Namun strain yang menjadi pusat dari peringatan saat ini adalah clade 1. Wabah clade 1, yang memiliki tingkat kematian lebih tinggi, pada awalnya sering terbatas pada beberapa rumah tangga di daerah terpencil dan terkait dengan keluarga yang membunuh dan memakan hewan liar di hutan.

Strain Clade 1b

Namun para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kasus tahunan penyakit clade 1 di Kongo terus meningkat selama bertahun-tahun. Dan ketika jumlahnya meningkat, para peneliti mengkonfirmasi adanya strain baru, bernama clade 1b, di Kongo timur awal tahun ini.

“Petugas medis di wilayah tersebut melaporkan bahwa pada akhir tahun 2023, mereka melihat lonjakan pasien Mpox dengan gejala parah, termasuk lesi yang meluas, demam tinggi, dan angka kematian yang lebih tinggi. Penyakit ini tidak memerlukan kontak seksual untuk menyebar dan menginfeksi anak-anak maupun orang dewasa,” ujar ilmuwan lokal yang memelopori penelitian Mpox di lapangan, Dr Leandre Murhula Masirkika.

“Saya tahu ini adalah sesuatu yang berbeda karena gejalanya sangat berbeda dari clade 1 yang biasa kita lihat di Kongo,” tambahnya.

Kasus Pertama dari Muncikari

Dirinya melihat bahwa wabah ini banyak menyebabkan kematian, keguguran, dan penularan yang cepat melalui orang ke orang. Dr Masirkika dan tim kecil peneliti lokal menelusuri kasus pertama clade 1b hingga ke sebuah bar di Kamituga. Di sana terdapat seorang pasien, yakni seorang bartender yang terinfeksi Mpox varian clade 1b.

Pria yang disebut-sebut sebagai muncikari itu kerap melakukan persetubuhan dengan perempuan pekerja seks. Pada bulan September, dia melakukan hubungan intim dengan tiga wanita pada waktu yang sama. Mereka semuanya tak lama kemudian dibawa ke rumah sakit karena penyakitnya yang parah.

Sejak itu, ribuan pasien datang ke klinik dan rumah sakit di Kivu Selatan dengan gejala parah, termasuk banyak anak-anak. Menurut Dr Masirkika, angka kematiannya mencapai 5 persen pada orang dewasa dan 10 persen pada anak-anak. Angka ini meningkat pesat dibandingkan dengan tingkat kematian 0,2 persen pada clade 2.

Baca Juga:

WHO Umumkan Kematian Pertama karena Flu Burung Jenis Baru

WHO Keluarkan Peringatan Disease X Bisa Jadi Pandemi Baru

Israel Bantai Ratusan Orang yang Tengah Salat Subuh di Sekolah Gaza

Share: WHO Tetapkan Status Darurat Kesehatan Global Wabah Cacar Monyet