Bos BCA Soroti Judi Online sebagai Sebab Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Keenan Constance/Ilustrasi Judi

Bos Bank Central Asia (BCA) menyebut pinjaman online (pinjol) ilegal dan judi online menjadi biang kerok ambrolnya daya beli masyarakat Indonesia belakangan ini. Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk., Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bahwa judi online membuat masyarakat kehilangan banyak duit.

“Orang sudah hopeless, [pilih] judi online…Ini menggerogoti daya beli masyarakat,” kata Jahja Setiaatmadja dalam sebuah acara UMKM di Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Judi online membuat duit masyarakat tersedot ke bandar yang disebut-sebut berada di luar Indonesia. Sehingga akumulasi ‘recehan’ dari masyarakat yang mestinya bisa dibelanjakan di dalam negeri, justru ditarik keluar negeri.

Sebagai gambaran, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mencatat peningkatan transaksi keuangan terkait dengan judi online. Kepala PPATK Ivan Yustiavandana mengungkapkan, nilai transaksi judi online mencapai Rp101 triliun hingga kuartal I tahun 2024.

Selain judi online, Jahja Setiaatmadja juga menuding pinjaman online (pinjol) ilegal menjadi penyebab merosotnya daya beli masyarakat. Keberadaan pinjaman online ilegal memang diawal-awal munculnya seakan mendongkrak daya beli masyarakat. Sebab menurut Jahja Setiaatmadja, hal itu lantaran kemudahan seseorang memperoleh duit lewat persyaratan yang mudah pada pinjaman ilegal tersebut.

Namun, di tengah jalan masyarakat akhirnya terjebak pada aktivitas ‘gali lubang, tutup lubang’ untuk melunasi pinjol yang bunganya tidak sedikit itu. Kemudian kin, setelah pinjol ilegal diberangus pemerintah, masyarakat kesulitan mendapatkan dana segar.

Di samping kedua penyebab di atas, Jahja Setiaatmadja juga menyalahkan diskon yang ditawarkan pada platform niaga-el mengalami penurunan. Menurut dia, belakangan ini platform nega-el banyak mengurangi pemberian diskon kepada masyarakat. Hal itu membuat loyonya gairah belanja masyarakat.

Seperti diketahui, Indonesia disebut-sebut tengah mengalami penurunan daya beli. Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menuding kenaikan harga pangan menjadi salah satu yang mendorong penurunan daya beli masyarakat. Sebab itu menurut dia, upaya pemerintah untuk mengendalikan harga pangan wajib dilakukan guna menjegal gejala penurunan daya beli makin membesar.

Share: Bos BCA Soroti Judi Online sebagai Sebab Pelemahan Daya Beli Masyarakat