Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump menyerukan pemusnahan terhadap Iran jika dirinya terbunuh. Hal itu disampaikan Trump melalui akun pribadinya di Truth Social, platform media sosial garapannya, Kamis (25/7/2024).
“Jika mereka benar-benar ‘membunuh Presiden Trump’, dan hal ini selalu mungkin terjadi, saya harap Amerika melenyapkan Iran, menghapusnya dari muka bumi. Jika hal itu tidak terjadi, para pemimpin Amerika akan dianggap sebagai pengecut yang ‘tidak punya nyali’” tulis Trump, seperti dikutip pada Jumat (26/7/2024).
Trump melontarkan pernyataan tersebut bersamaan dengan video singkat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengemukakan dugaan rencana Iran terhadap Trump dalam pidatonya di Kongres AS pada Rabu (24/7/2024). Media AS melaporkan pekan lalu bahwa Dinas Rahasia AS telah meningkatkan keamanan untuk Trump beberapa minggu yang lalu setelah pihak berwenang mengetahui rencana Iran untuk membunuhnya.
Meskipun hal itu tidak terkait dengan upaya pembunuhan baru-baru ini yang dilakukan oleh seorang warga Amerika berusia 20 tahun dalam kampanye umum Trump di Pennsylvania.
CNN melaporkan bahwa pihak berwenang AS menerima informasi intelijen dari seorang sumber mengenai rencana Teheran yang menargetkan mantan presiden tersebut, sehingga menyebabkan peningkatan perlindungan bagi Trump. Media AS lainnya juga melaporkan rencana tersebut.
Namun hal ini tidak ada hubungannya dengan penembakan saat kampanye di Butler, Pennsylvania, di mana pria bersenjata Thomas Matthew Crooks melepaskan tembakan, sehingga Trump mengalami luka ringan di telinga kanan.
Dilansir dari CNA, hubungan antara Washington dan Iran telah lama tegang dan mencapai titik puncaknya ketika Teheran berusaha membalas dendam atas pembunuhan komandan Garda Revolusi Qasem Soleimani pada 2020 silam. Pembunuhan itu diperintahkan oleh Trump ketika dia menjadi presiden.
Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan pihaknya telah melacak ancaman Iran terhadap mantan pejabat pemerintahan Trump selama bertahun-tahun. Postingan Trump mengingatkan pada sebuah episode kontroversial pada tahun 2019, ketika Trump sebagai presiden mengancam “pelenyapan” Iran jika negara itu menyerang Amerika.
Konfrontasi itu terjadi setelah para pejabat Iran mengatakan jalur diplomasi antara kedua negara ditutup secara permanen setelah sanksi baru Trump.