Internasional

Di Depan Kongres AS, Netanyahu Paparkan Visi Gaza Baru: Pemerintahan Sipil yang Tak Mengancam Israel

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Berpidato di Depan Kongres AS/X Netanyahu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diberi kesempatan untuk berbicara di sidang gabungan Kongres Amerika Serikat (AS), Rabu (24/7/2024). Kesempatan ini merupakan kali keempat bagi Netanyahu sepanjang kariernya.

Di sana ia memaparkan visi untuk Gaza pascaperang dengan hasrat Netanyahu untuk melucuti persenjataan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

“Visi saya pada hari itu adalah demiliterisasi dan deradikalisasi Gaza,” ujar Netanyahu, seperti dikutip melalui Times of Israel.

Dia mengatakan Israel tidak berupaya untuk memukimkan kembali Gaza, namun pihaknya harus mempertahankan kontrol keamanan secara keseluruhan di masa mendatang. Hal itu guna memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman terhadap eksistensi Israel.

Netanyahu berkeinginan supaya Gaza memiliki pemerintahan sipil yang dijalankan oleh orang-orang Palestina yang tidak berusaha menghancurkan Israel. “Itu permintaan yang tidak terlalu berat untuk diwujudkan,” katanya.

Menurut Netanyahu, generasi penerus Palestina harus belajar hidup berdampingan dengan orang-orang Yahudi. Seraya menyerukan deradikalisasi terhadap warga Palestina di Gaza dan membandingkan hal tersebut dengan apa yang terjadi di Jepang dan Jerman setelah Perang Dunia II.

“Demiliterisasi dan deradikalisasi Gaza dapat mengarah pada keamanan, kemakmuran dan perdamaian,” katanya.

Pidato Netanyahu di hadapan Kongres AS ini di tengah pandangan masyarakat Amerika yang semakin terpecah mengenai Israel dan perangnya di Gaza. Hal ini telah muncul sebagai isu utama dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024.

Sekitar 70 anggota Partai Demokrat dari DPR dan Senat memboikot pidato Netanyahu. Angka itu jauh lebih besar ketimbang pidato terakhir Netanyahu di sesi gabungan Kongres pada tahun 2015 menghasilkan boikot dari 58 anggota Partai Demokrat.

Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang menjabat sebagai presiden Senat, juga tidak hadir dalam pidato tersebut. Banyak anggota Partai Demokrat yang mendukung Israel namun kritis terhadap Netanyahu melihat pidato itu sebagai upaya Partai Republik untuk menjadikan dirinya sebagai partai yang paling setia kepada Israel.

Pasangan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump dan Senator JD Vance, juga tidak hadir dalam pidato Netanyahu, dengan alasan keperluan untuk berkampanye. Sepanjang komentarnya, Netanyahu berusaha mencapai keseimbangan bipartisan yang tidak mudah antara pujiannya terhadap Biden dan Trump di tengah musim pemilu yang sulit.

Netanyahu memuji Biden atas dukungannya terhadap Israel dalam perang melawan Hamas. “Dia mengirim dua kapal induk ke Timur Tengah untuk mencegah perang yang lebih luas. Dan dia datang ke Israel untuk berdiri bersama kami di saat-saat tergelap kami, sebuah kunjungan yang tidak akan pernah terlupakan,” ujarnya.

Netanyahu juga berterima kasih kepada Biden atas persahabatannya dengan Israel selama setengah abad. Netanyahu juga menganggap Biden sebagai seorang Zionis sejati.

Namun Netanyahu juga terlihat jelas menyindir Biden secara halus dalam bentuk seruan kepada AS untuk mempercepat pengiriman senjata agar IDF dapat memenangkan perang lebih cepat. “Bantuan militer AS yang cepat dapat mempercepat berakhirnya perang di Gaza dan membantu mencegah perang yang lebih luas di Timur Tengah,” katanya.

“Dalam Perang Dunia II, ketika Inggris berperang di garis depan peradaban, Winston Churchill mengimbau Amerika dengan kata-kata terkenal ini: ‘Beri kami alat dan kami akan menyelesaikan pekerjaan ini.’ Saat ini, ketika Israel berperang di garis depan peradaban, Saya juga memohon kepada Amerika: ‘Beri kami peralatan lebih cepat, dan kami akan menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.’” sambung Netanyahu.

Pernyataan itu sebagai wujud tuduhan Netanyahu kepada AS yang dianggap menahan senjata untuk Israel. Namun tuduhan itu dibantah oleh Gedung Putih, dengan mengatakan AS hanya membekukan satu pengiriman bom berat yang dikhawatirkan bakal digunakan Israel di wilayah sipil yang padat penduduknya selama serangan Rafah.

Netanyahu juga memuji Trump karena mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, memindahkan kedutaan AS ke kota suci tersebut, mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, dan menjadi perantara Perjanjian Abraham.

Share: Di Depan Kongres AS, Netanyahu Paparkan Visi Gaza Baru: Pemerintahan Sipil yang Tak Mengancam Israel