Isu Terkini

IMF: Tingkat Pengangguran Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Josue Isai Ramos Figueroa/Ilustrasi Pekerja (Buruh) Konstruksi

Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkap tingkat pengangguran Indonesia sampai April 2024, terbesar di Asia Tenggara. Menurut laporan IMF World Economic Outlook April 2024, persentase pengangguran di Indonesia berada di angka 5,2 persen.

Angka itu selisih jauh dengan negara-negara yang tergabung ke dalam keanggotaan ASEAN, seperti Singapura (1,9 persen), Thailand (1,1 persen), Malaysia (3,5 persen), dan Vietnam (2,1 persen).
Indonesia hanya selisih sedikit dengan Filipina dengan tingkat pengangguran sebesar 5,1 persen. Serta Brunei Darussalam dengan angka 4,9 persen.

Sementara negara ASEAN lain, seperti Laos, Myanmar, Kamboja dan Timor Leste, IMF tidak memiliki datanya.

Thailand memang sejak lama dikenal sebagai negara dengan tingkat pengangguran terendah di dunia. Negara itu sempat mengecap tingkat pengangguran terendah dalam tiga tahun pada kuartal pertama tahun 2023. Angka tersebut turun menjadi 1,05 persen dari semula 1,15 persen pada kuartal sebelumnya imbas pemulihan perekonomian pascapandemi COVID-19.

Bank for International Settlements mencatat, rendahnya angka pengangguran di negara Gajah Putih itu lantaran beberapa faktor, seperti pemulihan industri pariwisata yang merupakan sumber utama lapangan kerja di sana.

Kemudian peningkatan lapangan kerja sebesar 2,4 persen pada kuartal pertama tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap rendahnya tingkat pengangguran di Thailand adalah tingginya permintaan akan pekerja berketerampilan rendah, fleksibilitas pasokan tenaga kerja, kecilnya jumlah penerima upah, dan rendahnya daya tawar pekerja.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,20 juta per Februari 2024. Angka itu mengalami penurunan sebesar 0,79 juta orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Sementara pengangguran berkurang sebanyak 0,79 juta orang,” kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi pers di Jakarta, Senin (6/5/2024), dikutip dari ANTARA.

Jika ditinjau berdasarkan latar belakang pendidikannya, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/sederajat menjadi lulusan yang paling banyak menganggur. BPS mencatat, 6,73 persen lulusan SMA dan 8,62 persen lulusan SMK masih menganggur.

Kemudian disusul lulusan jenjang Diploma IV, S1, S2, S2 sebanyak 5,63 persen. Sementara itu, pengangguran yang paling rendah adalah lulusan pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 2,38 persen. Lalu, SMP sebesar 4,28 persen dan Diploma I/II/III sebanyak 4,87 persen.

Kabar baiknya, BPS melaporkan bahwa komposisi masyarakat yang bekerja mencapai 142,18 juta orang. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 3,55 juta orang jika dibandingkan Februari 2023.

“Apabila dibandingkan Februari 2023, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 2,76 juta orang, penduduk bekerja bertambah sebanyak 3,55 juta orang,” katanya.

Secara rinci, terdapat 214 juta penduduk usia kerja per Februari 2024. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 2,41 juta orang jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Share: IMF: Tingkat Pengangguran Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara