Ketua Umum Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengungkap terdapat pelobi yang mendorong dan membuka jalan pertemuan lima warga NU atau Nahdliyin dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
Pelobi itu berupa lembaga atau organisasi yang melakukan advokasi kepentingan Israel di Indonesia. Kata Gus Yahya, mereka mendekati para kader NU secara personal guna mengajaknya bertandang ke Israel.
Para pelobi itu menawarkan agar para Nahdliyin bisa berdialog dengan para pemikir zionis di Israel. Namun menurut Gus Yahya, kelima Nahdliyin itu tak menyangka akan bertemu dengan Herzog dalam dialog itu.
“Katanya tanpa agenda pertemuan dengan presiden Israel sebelumnya, dan itu mendadak [bertemu Isaac Herzog ] di sana,” ujar Gus Yahya dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa (16/7/2024), seperti disiarkan melalui saluran YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama.
Ia menduga bahwa para pelobi itu memanfaatkan lima kader NU untuk membantu Israel menyebarkan misi Israel di Tanah Air. Gus Yahya menyayangkan insiden tersebut.
Petinggi NU yang juga pernah menemui Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pada 2018 itu, juga menyampaikan permohonan maaf atas tindakan lima Nahdliyin tersebut.
Kelima kader NU yang menemui Herzog ialah dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) yang juga Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jakarta, Zainul Maarif, kemudian Munawir Aziz sebagai Sekretaris Umum Persatuan Pencak Silat yang juga Sekum Pagar Nusa.
Selanjutnya ada anggota dari Pimpinan Pusat Fatayat NU, Nurul Barul Ulum dan Izza Anafisa Dania, serta Ketua Pengurus Wilayah NU Banten, Syukron Makmun.
Gus Yahya menegaskan Nahdliyin dilarang menjalin hubungan kerja sama dengan semua pihak yang menyangkut Israel. Satu-satunya kegiatan yang direstui hanyalah membantu rakyat Palestina.
Seperti diketahui, kunjungan lima Nahdliyin itu memanen kritikan pedas dari sejumlah pihak. Mengingat kunjungan mereka di tengah aksi Israel yang terus melakukan serangan terhadap warga Gaza secara membabi-buta.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali menyesalkan aksi kelima Nahdliyin itu. Kunjungan tersebut dinilai sebagai tindakan orang yang tak memahami geopolitik, tak mengerti kebijakan NU secara organisasi, serta perasaan seluruh warga NU.
Savic menegaskan, kunjungan kelima warga NU tidak atas nama organisasi. PBNU juga belum mengetahui atas dukungan pihak mana mereka berangkat ke Israel.
Savic menambahkan, meskipun mengatasnamakan kunjungan pribadi, mereka dikenal sebagai warga dan bahkan aktivis NU. Hal itu akan memperburuk citra NU di mata publik.
Padahal, menurut dia sikap PBNU dan Nahdliyin sangat jelas sampai saat ini, yaitu berdiri di sisi Palestina dan mengecam agresi militer Israel.