GeneralInternasional

Rusia Sebut Penembakan Trump sebagai Tradisi Politik Amerika Serikat

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Flickr/Jorge Láscar/Kremlin

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menganggap upaya pembunuhan presiden dan calon presiden telah menjadi tradisi politik Amerika Serikat (AS).

Pernyataan Zakharova guna merespons upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Negara Bagian Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024).

Zakharova mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden sebenarnya telah mengakui bahwa upaya pembunuhan terhadap presiden, calon presiden, tokoh terkemuka, dan tokoh politik adalah manifestasi menyakitkan dari politik AS.

Zakharova menyindir Biden bahwa seharusnya dia presiden berusa 81 tahun itu mengakui bahwa hal itu bukan saja manifestasi, melainkan pula sebagai tradisi politik AS.

“Biden seharusnya mengatakan bahwa ini bukan hanya manifestasi menyakitkan dari kehidupan politik dalam negeri AS tetapi juga sebuah tradisi,” kata Zakharova pada Minggu (14/7/2024), seperti dikutip melalui Anadolu Ajansı.

Zakharova menuding bahwa AS secara harfiah menumbuhkan kebencian terhadap lawan politik, serta memberikan contoh-contoh tradisi Amerika dalam upaya dan pembunuhan presiden dan calon presiden.

Diketahui, Trump menjadi sasaran upaya pembunuhan pada kampanye umum di Pennsylvania, Sabtu (13/7/2024). Insiden itu memicu kepanikan ketika Trump yang berlumuran darah dikelilingi oleh Dinas Rahasia dan bergegas masuk ke dalam kendaraannya.

Seorang mantan kepala pemadam kebakaran yang menghadiri kampanye umum bersama keluarganya tewas, begitu pula seorang pelaku bersenjata. Insiden itu juga mengakibatkan dua orang lainnya terluka parah.

Analisis The Associated Press (AP) terhadap lebih dari selusin video dan foto dari lokasi rapat umum Trump di Butler, Pennsylvania, serta citra satelit dari situs tersebut, menunjukkan bahwa pelaku penembakan mampu mendekati panggung di mana mantan presiden tersebut berbicara.

Otoritas keamanan AS mengidentifikasi pelaku penembakan ialah seorang pemuda berusia 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks. Hingga saat ini, petugas masih menggali motif Crooks nekat melakukan aksi kriminal tersebut.

Biro Investigasi Federa (FBI) menyebut pihaknya tidak menemukan adanya motif ideologis yang jelas dari pelaku berusia 20 tahun yang ditembak mati oleh Dinas Rahasia itu.

FBI yakin Crooks, yang membawa bahan pembuat bom di mobil yang ia kendarai saat menghadiri kampanye umum Trump, bertindak sendiri. Penyelidik juga tidak menemukan komentar yang mengancam atau posisi ideologis di akun media sosial pelaku.

Komentar akun media sosial pelaku dinilai dapat membantu menjelaskan apa yang menyebabkan dia menargetkan Trump sebelum Dinas Rahasia mengevakuasi calon presiden dari Partai Republik itu dari panggung.

Crooks merupakan lulusan Sekolah Menengah Bethel Park pada tahun 2022. Dalam video upacara kelulusan sekolah yang diposting online, Crooks terlihat melintasi panggung untuk menerima ijazahnya, berpenampilan bertubuh kurus dan berkacamata.

Share: Rusia Sebut Penembakan Trump sebagai Tradisi Politik Amerika Serikat