Amerika Serikat (AS) memantau secara saksama hubungan antara bilateral antara Rusia dengan Korea Utara yang belakangan kian berkembang.
“Tidak mengherankan bahwa mereka mengembangkan dan membina hubungan ini. Jadi, ini adalah sesuatu yang akan kami perhatikan dengan serius, dan ini adalah sesuatu yang akan terus kami pantau,” kata Juru Bicara Pentagon pada Mayjen Pat Ryder kepada wartawan, Kamis (20/6/2024).
Ryder mengatakan, fokus AS di kawasan Indo-Pasifik adalah bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki pandangan serupa tentang keamanan dan stabilitas di seluruh dunia, termasuk kawasan Indo-Pasifik.
Terkait kesepakatan terbaru antara Rusia dengan Korut yang melakukan perjanjian untuk saling memberikan bantuan militer “tanpa penundaan” jika salah satu diserang oleh negara ketiga, juru bicara tersebut mengatakan bahwa dia tidak akan membahas “secara terperinci” kesepakatan apa pun antara Moskow dengan Pyongyang.
“Apa yang Anda lihat di masa lalu adalah DPRK (Republik Demokratik Rakyat Korea) menyediakan kepada Rusia amunisi yang digunakan di Ukraina, untuk membunuh warga Ukraina dan mendukung perang ilegal Rusia,” katanya.
“Jadi, sekali lagi, ini jelas mengkhawatirkan bagi semua negara yang menghormati kedaulatan, dan menghormati aturan hukum,” tambahnya.
Dia menekankan bahwa Rusia perlu bersekutu dengan Korut untuk menaklukkan rakyat Ukraina. Menurut dia, kedatangan Putin ke Korea Utara hanya sekadar agar dapat memperoleh amunisi menyokong perang di Ukraina. Hal itu menjadi isyarat betapa terkucilnya Rusia di panggung internasional.
Saat ditanya apakah AS menanggapi pertimbangan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengubah doktrin nuklir Rusia, dengan serius Ryder mengatakan AS belum melihat adanya hal yang mengharuskan mengubah postur kekuatan strategis mereka.
“Sekali lagi, ini bukan pertama kalinya kami mendengar ancaman nuklir yang sembrono. Tentu saja tidak bertanggung jawab bagi negara-negara yang memiliki kemampuan seperti ini untuk membuat komentar semacam itu,” ujarnya, dikutip dari ANTARA.