Pengamat Sosial Dr. Devie Rahmawati mengatakan bahwa tontonan yang mengandung unsur kekerasan dan pornografi seperti tayangan Ultimate Fighting Championship (UFC) berbahaya bagi anak-anak. Dia mengungkap, otak manusia dapat berkembang sempurna di usia 24 tahun.
Oleh karenanya jika anak-anak yang perkembangan otaknya belum sempurna dijejali dengan tontonan tersebut, maka akan memiliki dampak yang begitu buruk terhadap perkembangan psikisnya.
“Bayangkan menurut penelitian saja otak anak baru sempurna di usia 24 tahun, sebelum 24 tahun mereka belum sempurna. Jadi bayangkan jika otak belum sempurna itu diisinya dengan konten-konten seperti itu,” ujar Devie ketika dihubungi Asumsi.co pada Jumat (14/6/2024).
Menurut Devie, sejak dekade 1960-an, para ilmuwan sudah bulat akan bahaya paparan tontonan kekerasan bagi anak-anak. Menurut dia paparan kekerasan dapat merangsang tingkah laku anak lebih agresif.
“Dari tahun 60-an sudah clear penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa dengan konten kekerasan itu jauh lebih agresif. Memang tidak semuanya melakukan pembunuhan, tapi mereka jauh lebih agresif,” ujar Devie.
Di samping itu, mereka yang dengan intensitas tinggi terpapar tontonan kekerasan membuatnya jadi mudah marah-marah dan memiliki suasana hati yang buruk.
“Jadi lebih gampang tantrum, jadi lebih gampang ngambek, lebih tidak sensitif dengan teman-temannya,” katanya.
Sementara itu, paparan konten atau tontonan pornografi terhadap anak, menurut Devie, dapat merusak otak mereka. Bahkan efek kerusakannya setara dengan pecandu narkoba.
“Bahkan menurut ahli, otak orang yang terpapar pornografi sama rusaknya dengan menggunakan narkoba dan sebagainya,” katanya.
Devie menuturkan, konten yang tak bergizi telah lama menghiasi dunia media sosial di Tanah Air. Akselerasi tajam terjadi pada 2020, ketika terjadi pandemi Covid-19 yang memaksa anak-anak belajar secara daring menggunakan gawai. Konten-konten tak bergizi tentu saja tidak bagus bagi perkembangan anak-anak.
“Apalagi semenjak mendadak digital 2020, diwarnai dengan tayangan pornografi, tayangan kekerasan dan sebagainya. Negara dalam hal ini sudah sangat serius melakukan pemblokiran, tapi ada akses-akses yang bagi generasi sekarang yang negara gak bisa memblokir,” katanya.
Untuk itu, Devie meminta para orang tua supaya mencegah anak-anak mereka mengakses tayangan-tayangan yang berbau kekerasan dan pornografi layaknya UFC.
“Persoalannya pola asuh sekarang menjadikan hanphone itu sebagai bukti bahwa orang tua hebat, orang tua keren, orang tua malu kalau gak bisa memberikan handphone kepada anaknya. Padahal dia gak sadar, satu dia tidak bisa mengawasi anaknya 24 jam dan kedua itu adalah pintu masuk kematian bagi anak-anak mereka,” katanya.