Hizbullah meluncurkan serangan dengan ratusan senjata yang terdiri dari pesawat tak berawak dan roket besar sebagai bentuk balasan atas terbunuhnya seorang komandan senior kelompok tersebut, Taleb Abdullah alias Abu Taleb.
Serangan menargetkan beberapa pangkalan militer Israel di wilayah utara. Sumber Hizbullah mengatakan kepada Al Jazeera Arabic pada Kamis (13/6/2024), serangan kali ini merupakan serangan terbesar oleh kelompok yang bersekutu dengan Iran itu, sejak pecahnya ketegangan antara kedua belah pihak pada 8 Oktober 2023.
Sumber tersebut mengatakan serangan gabungan tersebut juga bertujuan untuk melakukan pencegahan setelah pembunuhan Abdullah.
Milisi Lebanon itu menggunakan 150 roket dan 30 drone peledak untuk menargetkan 15 posisi Israel, termasuk beberapa di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Media Israel melaporkan bahwa roket Hizbullah melukai sedikitnya dua orang dan memicu 15 kebakaran. Militer Israel mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa banyak roket yang berhasil dicegat dan beberapa memicu kebakaran.
Dalam pernyataan resminya, Hizbullah mengatakan operasi tersebut untuk mendukung ketabahan rakyat Palestina dan perlawanan mereka yang berani dan terhormat di Gaza dan dalam konteks respons terhadap pembunuhan yang dilakukan musuh Zionis di Jouaiyya, sebuah kota di distrik Tire, Lebanon.
“Salah satu unit Israel yang menjadi sasaran serangan itu bertanggung jawab merencanakan pembunuhan,” kata Hizbullah.
Sementara itu pada Rabu, Hizbullah juga menembakkan rentetan 200 roket ke Israel. Ada laporan yang hampir terus-menerus mengenai sirene roket yang diaktifkan di Israel utara sejak Abdullah terbunuh bersama tiga pejuang lainnya pada Selasa malam.
Hizbullah tidak mengungkapkan rincian tentang struktur militer atau pangkatnya, tetapi Abdullah hanyalah pejuang kedua yang terbunuh dari kelompok tersebut yang diberi sanjungan sebagai “komandan” dalam beberapa bulan terakhir. Setelah Wissam al-Tawil , yang terbunuh dalam serangan Israel pada bulan Januari.
Hamas dan Jihad Islam Palestina memberikan penghormatan kepada Abdullah pada hari Rabu, memuji upayanya untuk menghadapi Israel.
Hizbullah mulai menyerang pangkalan militer di Israel utara setelah pecahnya perang di Gaza dalam apa yang disebutnya sebagai “front dukungan” untuk mendukung kelompok bersenjata Palestina.
Israel merespons serangan itu dengan membom desa-desa di Lebanon selatan dan menargetkan posisi Hizbullah. Meskipun terjadi baku tembak hampir setiap hari, konfrontasi sebagian besar terbatas pada wilayah perbatasan.
Puluhan ribu orang di Lebanon selatan dan Israel utara telah meninggalkan rumah mereka untuk menghindari kekerasan. Akhir bulan lalu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menggambarkan front Lebanon dengan Israel sebagai hal yang menentukan secara historis.
“Pertempuran ini bukan hanya menyangkut Palestina, tetapi juga menyangkut masa depan Lebanon serta sumber daya air dan minyaknya,” kata Nasrallah.
“Front ini adalah front dukungan yang merupakan bagian dari pertempuran yang akan menentukan nasib Palestina, Lebanon, dan kawasan secara strategis,” tambahnya.
Dibantu oleh Iran, organisasi Lebanon ini semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir. Hizbullah berperang selama bertahun-tahun melawan Israel, yang puncaknya pada penarikan pasukan Israel dari wilayah selatan Lebanon yang mereka duduki selama hampir dua dekade.