Menteri Israel Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan darurat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Minggu (9/6/2024). Pengunduran diri Gantz dari ‘kabinet perang’ Netanyahu menandai melemahnya pemerintahan darurat tersebut.
Dalam pernyataannya, Gantz mengatakan Netanyahu merintangi kemajuan dan kemenangan Israel. “Netanyahu menghalangi kita untuk maju menuju kemenangan sejati. Itulah sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati tetapi dengan penuh keyakinan,” kata Gantz pada konferensi pers yang disiarkan televisi, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Hengkangnya Gantz dari koalisi Netanyahu sembari menyerukan segera diadakannya pemilu dini. Dia juga menyerukan agar Netanyahu segera menentukan jadwal pemilu.
“Harus ada pemilu yang pada akhirnya akan membentuk pemerintahan yang akan memenangkan kepercayaan rakyat dan
Gantz bulan lalu mengancam akan meninggalkan pemerintahan darurat, yang dibentuk tahun lalu untuk mengawasi perang di Gaza, jika Netanyahu gagal menyajikan rencana pascaperang untuk wilayah Palestina yang terkepung dan dibombardir Israel. Agresi Israel telah membumihangsukan sebagian besar Gaza dan menewaskan lebih dari 37.000 orang sejak 7 Oktober.
Gantz bilang bahwa unjuk rasa yang menentang Pemerintahan Netanyahu memang penting namun harus dilakukan dengan cara yang sah.
“Protes ini penting, namun harus dilakukan dengan cara yang sah dan tidak boleh mendorong kebencian. Kami bukan musuh satu sama lain. Musuh kami berada di luar perbatasan kami,” katanya kepada wartawan.
Sementara itu, Netanyahu mengeluarkan pernyataan singkat yang menyerukan Gantz untuk tidak meninggalkan barisan depan, tetapi kepergiannya tidak akan membahayakan mayoritas parlemen dari 64 kursi di Knesset yang memiliki 120 kursi yang dipegang oleh koalisi sayap kanan yang berkuasa.
Gantz dipandang sebagai saingan politik utama Netanyahu di Israel. Dia adalah tokoh oposisi terkemuka sebelum bergabung dengan kabinet perang.