Anggota Parlemen Irlandia Thomas Gould mengutuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar dia dibakar di neraka menyusul aksinya membakar warga tak bersalah hidup-hidup dalam serangan Israel ke kamp pengungsian di Rafah, Gaza beberapa waktu lalu.
Hal itu disampaikan Gould di Dail, Parlemen negara tersebut pada Selasa (28/5/2024) lalu. Dalam pidato yang diwarnai tangis Gould itu, ia menyebut rezim Netanyahu sebagai pemerintahan Firaun.
“Saya berharap Benjamin Netanyahu terbakar di neraka…” kata Gould di depan parlemen Irlandia, seperti dikutip melalui Counter Currents.
“Saya berharap, dia dan para jenderalnya serta pemerintahan Firaun di Israel, ketika Ya Tuhan akhirnya membawanya ke tempat peristirahatan, dia akan dimasukkan ke dalam neraka,” ujarnya dengan suara yang serak dan emosional.
“Israel burned men, women and children alive. And the world stands by.”
“It’s unbelievable the genocide that is happening. A child with no head! And Israel says it’s a mistake.”
“I hope that Netanyahu burns in hell!”
—Irish politician Thomas Gould 🔥pic.twitter.com/U9IQ7CgPav
— sarah (@sahouraxo) June 1, 2024
Gould juga menyinggung aksi Israel yang telah membakar hidup-hidup warga Gaza, namun dunia membisu.
“…Foto-foto, gambar-gambar dan video-video yang datang dari [Rafah ketika] Anda mendengar teriakan orang-orang, teriakan-teriakan ketika pemerintah Israel membakar hidup-hidup pria, wanita dan anak-anak….dan dunia hanya berdiam diri sementara 15.000 anak-anak dibantai, 35.000 pria, wanita, dan anak-anak,” ujarnya.
“… sungguh sulit dipercaya, genosida yang sedang terjadi, seorang anak yang tidak memiliki kebencian. Seorang anak tanpa kebencian. Dan pemerintah Israel mengatakan itu adalah sebuah kesalahan. Sebuah kesalahan,” katanya menambahkan.
Menurut Gould, apa yang dilakukan Israel terhadap rakyat Gaza bukan lagi apartheid seperti yang terjadi di Afrika Selatan beberapa dekade lalu. Menurutnya aksi Netanyahu dan rekan-rekannya sudah tergolong ke dalam kejahatan perang.
“Karena yang terjadi saat ini bukan hanya apartheid, tidak hanya kekejaman dan kejahatan perang. Ini sungguh mengerikan. Sungguh mengerikan apa yang mereka (Israel) lakukan. Di mana jiwa mereka. Di mana jiwa bangsa Israel yang membiarkan pemerintahnya melakukan hal tersebut terhadap anak-anak. Di mana kemanusiaan mereka? Orang-orang Israel, orang-orang Yahudi, setelah segala penderitaan yang dialami orang-orang Yahudi selama beberapa dekade [dan] melakukan hal ini terhadap umat manusia lainnya, umat manusia,” ujarnya.
“Namun di mata Netanyahu dan pemerintahan sayap kanan Israel, warga Palestina bukanlah manusia. Namun saat ini di sini, kata orang-orang Irlandia, kami mengakui Palestina, kami mengakui bahwa mereka juga manusia sama seperti kita semua. Malu pada Israel, Malu atas apa yang telah Anda lakukan dan itu tidak akan pernah terlupakan,” sambungnya.
Diketahui, Israel melakukan serangan udara terhadap tenda-tenda pengungsi di kota Rafah di Gaza selatan, Minggu (26/5/2024). Petugas kesehatan Palestina mengatakan, gempuran militer Israel itu menewaskan sedikitnya 35 orang dan banyak korban lainnya terjebak dalam puing-puing yang terbakar.
Melansir laman Al Jazeera, serangan itu membuat jasad para korban terkoyak dan sebagian terbakar hidup-hidup. Seorang anak ditemukan dalam kondisi jasad terpenggal dan terbakar akibat serangan brutal tersebut.
“Serangan itu mencabik-cabik para korban, termasuk seorang anak-anak, dan menyebabkan kebakaran besar, membakar orang-orang hidup-hidup di tenda mereka,” kata para saksi dan video yang di-posting secara daring.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan perempuan dan anak-anak merupakan korban terbanyak yang tewas dalam serangan tersebut.
Dilansir dari AP, serangan itu terjadi dua hari setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk mengakhiri serangan militernya di Rafah. Wilayah itu merupakan tempat bagi lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza mencari perlindungan sebelum serangan Israel awal bulan ini.
Puluhan ribu orang masih berada di wilayah tersebut sementara banyak lainnya telah mengungsi. Rekaman dari lokasi serangan udara terbesar menunjukkan kerusakan parah.