Presiden terpilih Prabowo Subianto menilai Indonesia bakal diuntungkan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi penasihat dirinya di pemerintahan. Hal itu mengingat pengalaman Jokowi yang telah selama hampir genap 10 tahun memimpin bangsa ini.
Pernyataan Prabowo merespons isu atau wacana pengaktifan kembali Dewan Pertimbangan Agung yang akan berisi para presiden dan wakil presiden Republik Indonesia terdahulu.
“Saya kira ini sangat menguntungkan bagi satu bangsa. Beliau pengalaman 10 tahun memimpin dan kita lihat banyak contoh di negara-negara besar, mantan presiden, mantan perdana menteri, sering kan diminta jadi penasihat,” ujar Prabowo dalam sebuah wawancara bersama stasiun TV swasta pada Rabu (22/5/2024) malam.
Hal semisal, menurut Prabowo juga dicontohkan Singapura yang memasukkan mantan perdana menteri ke dalam kabinet, yakni sebagai seorang senior minister ataupun minister mentor.
Oleh karenanya, Prabowo memandang bahwa ilmu dan pengalaman Jokowi yang telah sedasawarsa memimpin Indonesia harus tetap digunakan demi kepentingan bangsa.
Pun demikian juga dengan pengalaman dan ilmu dari presiden-presiden sebelumnya yang masih hidu, seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri.
“Kita lihat Bu Mega masih di BRIN masih di PDIP. Jadi saya kira ini suatu tradisi yang baik,” katanya.
Jokowi sebelumnya telah berkomentar mengenai wacana pengaktifan kembali Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang akan berisi para presiden dan wakil presiden Republik Indonesia terdahulu. Kala itu Jokowi bilang bahwa dirinya sejauh ini masih aktif sebagai presiden dan tengah fokus bekerja.
Usulan pengaktifan DPA dilayangkan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Dia bilang agar wacana pembentukan “Presidential Club” yang pernah disampaikan Presiden terpilih Prabowo Subianto diformalkan menjadi Dewan Pertimbangan Agung (DPA).