China meraup penerimaan pajak mencapai 4,9 triliun yuan (sekitar Rp11.000 triliun) pada kuartal pertama 2024. Laporan Kementerian Keuangan China mengatakan, jumlah tersebut mengalami penurunan ketimbang tahun lalu di periode yang sama.
“Pendapatan pajak nasional mencapai 4.917,2 miliar yuan, turun 4,9 persen dibandingkan tahun lalu (year on year), tetapi memperlihatkan pertumbuhan yang stabil,” kata Wakil Menteri Keuangan China, Wang Dongwei dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (22/4/2024), dikutip dari ANTARA.
Wang menyebut pendapatan fiskal pada kuartal pertama 2024 mencapai 6,08 triliun yuan (sekitar Rp13.656 triliun) atau turun 2,3 persen dibanding 2023.
Penyebab Penurunan
Hal itu disebabkan oleh sejumlah hal, yaitu penangguhan sebagian pajak terhadap usaha kecil dan menengah di sektor manufaktur hingga kebijakan pada 2023 soal pemotongan pajak.
“Namun, pendapatan dari industri budaya, pariwisata, dan manufaktur tumbuh,” katanya.
“Jika mengecualikan faktor-faktor khusus, seperti kebijakan pemotongan pajak, pendapatan fiskal China tumbuh sekitar 2,2 persen pada kuartal pertama 2024,” sambung Wang.
Dia mengatakan kementeriannya akan mendukung secara penuh inovasi industri berbasis teknologi dan memperkuat inovasi teknologi dan pengembangan manufaktur melalui kebijakan pemotongan pajak dan biaya.
Belanja Fiskal Meningkat
Di sisi lain, belanja fiskal China pada kuartal pertama 2024 meningkat 2,9 persen dibanding 2023. Secara khusus, pengeluaran untuk pencegahan bencana dan manajemen darurat dari dana tersebut meningkat sebesar 53,4 persen pada periode yang sama.
Wang mengatakan bahwa Kementerian Keuangan China akan menerapkan kebijakan fiskal yang positif, memperkuat pengelolaan dan pengawasan keuangan, penguatan regulasi dan pengendalian makroekonomi dengan fokus pada peningkatan permintaan domestik dan menumbuhkan momentum baru untuk pembangunan.