Tentara Israel menggunakan tangisan bayi hingga jeritan perempuan untuk menargetkan warga sipil Palestina di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah.
Suara tangisan bayi hingga jeritan perempuan itu disiarkan lewat drone quadcopter saat larut malam. Melansir Euro-Med Monitor, suara jeritan perempuan dan tangisan bayi terdengar pada larut malam pada hari Minggu dan Senin (14-15/4/2024).
Ketika beberapa warga keluar untuk menyelidiki dan mencoba membantu, mereka ditembak oleh drone quadcopter Israel. Suara-suara yang mereka dengar sebenarnya adalah rekaman yang diputar oleh drone Israel, dengan tujuan untuk memaksa penghuni kamp turun ke jalan, sehingga mereka dapat dengan mudah menjadi sasaran penembak jitu dan persenjataan lainnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Menurut kesaksian yang ada, taktik ini juga melibatkan penyiaran suara tembakan, konflik bersenjata, ledakan, pergerakan kendaraan militer, dan terkadang lagu dalam bahasa Ibrani dan Arab untuk mengintimidasi secara psikologis warga sipil yang hidup di tengah kegelapan total di malam hari dan terputusnya hubungan total dengan dunia luar.
“Kami sedang duduk di malam hari ketika kami mendengar suara anak perempuan dan perempuan berteriak: ‘Ayo, bantu saya, saya terluka !’ Kami keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Tidak ada perempuan yang ditemukan, tapi kami langsung menjadi sasaran drone quadcopter,” kata seorang penghuni kamp berusia 20 tahun, yang tidak ingin disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Saya melarikan diri ke dalam, dan dua orang tepat di depan saya terluka parah. Karena baku tembak yang terus terjadi, kami tidak dapat mengobati mereka, jadi kami memanggil ambulans, dan mereka datang untuk mengangkut mereka. Banyak warga yang mendengar suara tersebut dan merespon untuk memberikan bantuan,” lanjutnya.
Seorang perempuan berusia 60 tahun melaporkan mendengar suara tembakan keras, kemudian mendengar tangisan perempuan yang kesusahan, memberi tahu warga bahwa anak-anak mereka terluka dan memohon pertolongan.
“Suara ini berlanjut sekitar 10 hingga 15 menit, tetapi tidak ada dari kami yang keluar karena hari sudah sangat larut dan saya tahu ini adalah rekaman dari pesawat,” katanya.
Intimidasi psikologis ini terjadi bersamaan dengan serangan militer brutal tentara Israel, termasuk tembakan mesin dari helikopter, tank, dan quadcopter, serta serangan artileri dan udara. Serangan yang terjadi secara acak, intens, dan terus menerus di berbagai wilayah kamp Nuseirat, mengakibatkan banyak korban sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Tentara Israel secara acak dan sistematis menargetkan siapa pun di kamp Nuseirat yang hanya berjalan di jalan atau mengintip ke luar jendela, dan juga menargetkan beberapa warga sipil yang berusaha berpindah dari pusat penampungan dan rumah atau menyelidiki apa yang terjadi di wilayah tersebut. .
Intensitas operasi pemboman dan penembakan meningkat sepanjang malam, secara langsung dan sengaja menyasar kawasan pemukiman penduduk, sasaran sipil, termasuk sekolah dan masjid yang menampung pengungsi, serta masyarakat sipil dengan tujuan untuk membunuh dan melukai mereka.