Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuding Israel menggunakan kelaparan sebagai “metode perang” di Jalur Gaza, Palestina. Agresor itu memakai metode dengan menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
“Pengepungan Gaza oleh Israel selama 16 tahun terakhir telah berdampak pada hak asasi manusia warga sipil, membuat ekonomi setempat hancur, dan menciptakan ketergantungan pada bantuan,” kata Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Turk dalam pernyataannya pada Selasa (19/3/2024), dikutip dari ANTARA.
“Dampak dari pembatasan Israel terhadap bantuan yang masuk ke Gaza, ditambah serangan yang terus mereka lancarkan, mungkin seperti menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan, yang merupakan sebuah kejahatan perang,” ujar dia menambahkan.
Turk menyerukan agar bencana kelaparan di wilayah itu i dicegah. Kelaparan yang melanda Gaza akibat blokada bantuan yang dilakukan Israel.
Targetkan Koordinator Bantuan
Terbaru, Kepala polisi sekaligus koordinator bantuan kemanusiaan di Gaza, Fayeq al-Mabhouh tewas akibat serangan Israel yang menargetkan Kompleks Medis Al-Shifa di Kota Gaza pada Senin (18/3/2024).
Militer Israel dan badan pengintai internal Shin Bet, yang juga dikenal dengan nama Shabak, membenarkan pembunuhan Mabhouh. Mereka menuding mendiang bekerja untuk kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Akan tetapi, media Palestina melaporkan bahwa Mabhouh bertugas mengkoordinasikan kedatangan bantuan kemanusiaan, yakni sebagai petugas polisi di Gaza.
Sementara itu, sumber terinformasi mengatakan kepada kantor berita Palestina, Sama, bahwa Brigadir Jenderal Mabhouh telah melakukan kontak dengan para suku Gaza dan UNRWA dan bekerja sebagai koordinator bantuan kemanusiaan dan memenuhi kebutuhan warga di Gaza utara.
Rezim Zionis Israel telah membombardir rumah sakit tersebut dan daerah sekitarnya 40 kali pada Minggu pekan lalu. Mereka mengklaim telah menerima laporan akan kehadiran komandan senior Hamas di sana.
Ini kedua kalinya pasukan Israel menyerbu Kompleks Medis Al-Shifa sejak awal perang, dengan dalih yang berbeda.
Serangan pertama dilakukan pada 16 November, setelah pasukan mengepung fasilitas tersebut setidaknya selama sepekan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa serangan rezim apartheid terhadap rumah sakit tidak manusiawi dan merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.
Menurut Kemenkes, musuh Zionis masih berupaya menipu dunia dan membenarkan serangan terhadap rumah sakit dengan menggunakan narasi yang keliru dan mengada-ada.