Sains

Tiga Faktor Penyebab Gangguan Jika Menurut Psikolog Klinis

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Total Shape/Kesehatan Mental

Psikolog klinis dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya, Ella Titis Wahyuniansari mengungkap tiga faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa. Ketiganya adalah faktor genetik hingga paparan lingkungan.

Ella mengatakan, mereka yang memiliki keluarga atau orang tua dengan riwayat gangguan jiwa lebih rentan mengalami kondisi yang sama. Namun begitu, ia mengingatkan tidak semua orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) akan menurunkan gangguan tersebut pada anggota keluarganya.

“Genetik itu kecenderungan, bukan pasti ada ya, maksudnya kalau sudah ada genetik itu potensi untuk memiliki gangguan jiwa lebih besar. Tapi jangan lupa dengan proses belajar individu yang bisa mempengaruhi proses pewarisan itu,” kata Ella, dikutip dari Antara.

Jika proses belajar berjalan dengan baik, maka kata dia, individu dengan potensi terkena penyakit gangguan jiwa akan mampu mengontrol dan mengelola emosi maupun pikirannya untuk mengatasi masalah sehari-hari layaknya individu lain.

Namun begitu, Ella juga mengingatkan individu tanpa genetik tersebut sewaktu-waktu juga dapat mengalami kondisi gangguan jiwa akibat faktor paparan lingkungan atau peristiwa yang bersifat traumatis, baik pada masa pertumbuhan maupun ketika sudah dewasa.

Oleh sebab itu, Ella mengingatkan individu yang baru saja mengalami kondisi traumatis sebaiknya mendapat perhatian lebih agar kondisi yang demikian berdampak seminimal mungkin pada kejiwaan yang bersangkutan.

“Misalnya, anak kecil yang mengalami kekerasan seksual, kalau tidak dirangkul, peristiwa traumatis itu bisa saja mengganggu kejiwaannya pada beberapa tahun mendatang,” ujarnya.

Sedangkan mengenai faktor ketidakseimbangan cairan kimia dalam otak, Ella menjelaskan bahwa cairan kimia pada otak ini dikenal sebagai neurotransmitter. Cairan ini merupakan bahan kimia alami untuk membantu komunikasi antarsel saraf dan memiliki banyak jenis.

Gejala Alami Gangguan Jiwa

Ella juga menjabarkan bahwa terdapat beberapa gejala awal yang mengindikasikan seseorang mengalami gangguan jiwa. Kata Ella, umumnya gejala awal yang dialami pasien ODGJ adalah perubahan emosi maupun perilaku yang mendadak dan cenderung ekstrem.

“Biasanya tanda-tanda awal itu ada yang sedihnya berkepanjangan, jadi sedih sepanjang waktu, atau justru senang terus gitu tanpa sebab, kemudian bisa juga mendadak kebingungan terus, atau tidak mampu konsentrasi, selalu gelisah pengennya mondar-mandir,” kata Ella.

Gejala lainnya adalah kadang kala pasien mendadak takut bertemu dengan individu lain, mengurung diri di kamar, dan enggan melakukan aktivitas apa pun.

“Biasanya dia menarik diri, cenderung lebih pendiam di kamar, nggak mau aktivitas, perilakunya aneh gitu ya, kadang-kadang jendela ditutup semua, jangan sampai ada cahaya yang masuk gitu,” ujarnya.

Bukan hanya itu, pasien ODGJ juga dapat menunjukkan gejala awal seperti mendadak tidak mampu mengatasi kegiatan maupun tanggung jawab sehari-hari yang biasa dihadapi, mulai dari makan, mandi, dan tidur yang teratur.

Dalam gejala yang ekstrem, lanjut dia, pasien ODGJ bahkan memperlihatkan kondisi halusinasi, waham, atau delusi. Ia menjelaskan, gejala seperti itu biasa ditemukan pada pasien ODGJ dengan level berat sehingga pasien meyakini dunia khayalan sebagai realitasnya.

“Kalau dia ODGJ dengan level berat, bahkan bisa mendadak agresif, marah, berlaku kekerasan yang dominan dan sulit dikendalikan, terus bisa juga ada keinginan untuk bunuh diri,” ujarnya.

Terapi Obat-obatan

Oleh karena itu, Ella menambahkan ada beberapa terapi yang harus dijalani ODGJ agar dapat pulih dan kembali melakukan aktivitas sosial dengan normal.

Terapi tersebut terbagi dalam dua kategori, yakni farmakoterapi atau terapi dengan menggunakan obat, baik dilakukan dengan cara injeksi, oral, ataupun inhalasi. Sementara terapi berikutnya ialah psikoterapi untuk memulihkan kehidupan sosial pasien yang sempat terganggu.

Share: Tiga Faktor Penyebab Gangguan Jika Menurut Psikolog Klinis