Budaya Pop

Seberapa Penting Bikin Resolusi Tahun Baru?

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
Pixabay/Antara

Menjelang Tahun Baru, seluruh individu ramai membuat resolusi untuk tahun depan, dengan harapan yang lebih baik. Lantas, seberapa penting resolusi perlu dibuat?

Tergantung Kebutuhan: Melansir Antara, Psikolog Klinis Dewasa Nirmala Ika mengatakan prinsipnya resolusi perlu dibuat atau tidak dikembalikan ke kebutuhan masing-masing.

Ada orang yang menjadi “senewen” ketika membuat resolusi, karena jadi ada target-target di dalam hidup.

“Dia lebih suka ketika semua mengalir saja. Tetapi ada orang yang menjadi termotivasi dan bisa menghargai capaian-capaian dirinya karena resolusi menjadi hal yang terukur,” ujar psikolog klinis dewasa Nirmala Ika.

Untuk Refleksi Diri: Menurut Ika, daftar resolusi sebenarnya tidak hanya berisi apa yang ingin diraih tetapi juga sebuah kesempatan untuk melakukan refleksi diri.

Pada akhir tahun, bisa melihat kembali hal-hal yang sudah pernah dibuat sebelumnya, mana capaian yang berhasil dan tidak, cara menggapainya selama ini dan bagaimana perasaan Anda pada capaian yang sudah digapai.

“Kenapa berhasil? bagaimana dulu melakukannya? Bagaimana perasaan kita ketika berhasil, apakah sesuai dengan harapan kita, mana yang enggak, kenapa enggak berhasil?, apa yang bisa diperbaiki atau dilakukan untuk membuat itu berhasil di tahun berikutnya, apakah ini totally enggak berhasil atau sebenarnya working progress ke tujuan kita,” ungkap Ika.

Menurut dia, hasil refleksi ini seharusnya bisa menjadi dasar bagi Anda membuat resolusi di tahun berikutnya.

Tujuan yang ingin dicapai: Lebih lanjut, durasi resolusi bisa disesuaikan seberapa besar kompleksitas tujuan yang ingin dicapai. Artinya, tidak ada batasan khusus, tetapi lebih pada kemampuan dan kondisi Anda yang realistis.

Wakil Presiden Promosi Kesehatan dan College of Nursing, Ohio State, Amerika Serikat Bernadette Melnyk mengatakan resolusi berkaitan dengan kesehatan, dia memberi rekomendasi perlu menetapkan tujuan 30 hari yang realistis.

“Tetapkan tujuan 30 hari yang realistis, spesifik. Semakin spesifik dan realistis tujuannya, semakin besar kemungkinan untuk dicapai,” kata dia seperti dikutip dari Medical Xpress.

Beri target: Baik Ika maupun Melnyk sama-sama menyarankan perlu membagi tujuan besar menjadi tujuan kecil.

“Saran saya khusus untuk resolusi yang suka gagal tetapi selalu ingin dicapai tiap tahunnya, bisa dicoba di breakdown menjadi langkah-langkah kecil dalam durasi yang lebih singkat,” tutur Ika.

Misalnya, jika ingin menurunkan bobot tubuh, cobalah beri target berapa kilogram yang harus diturunkan. Selanjutnya perlu melakukan pola hidup yang sehat setiap bulannya.

Studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam The Journal of Consumer Research menunjukkan, fokus pada jumlah yang lebih kecil dalam mencapai tujuan membuat orang lebih termotivasi.

Misalnya, jika ingin berlari atau berjalan kaki sejauh 8 km, pikirkan cara bagaimana bisa mencapainya dan konsisten. Seperti yang dilakukan Kun, personel grup idola K-pop NCT sekaligus pemimpin grup WayV.

Dia dalam sebuah sesi bincang bersama grupnya yang diunggah dalam laman YouTube WayV belum lama ini mengaku terbiasa berjalan cepat di luar rumah sejauh 8 km.

Bagaimana jika gagal: Terkait kegagalan mencapai resolusi terjadi karena tidak konsisten dengan kemauan yang ingin dicapai. Asisten profesor bidang informasi dan pengambilan keputusan di Wharton School of the University of Pennsylvania Katherine L. Milkman menyarankan jangan menyalahkan diri sendiri.

Selain itu, jangan ragu memulai dari awal misalnya di akhir pekan. Jika sudah lewat dari hari Tahun Baru, dapat memulainya di hari raya lain atau keesokan harinya.

“Ini tidak akan menjamin kesuksesan, tetapi Anda tidak perlu menunggu sampai tahun berikutnya tiba untuk mencobanya lagi,” tutur dia. (zal)

Share: Seberapa Penting Bikin Resolusi Tahun Baru?