Internasional

Pakistan hingga Uni Emirat Arab Larang Perayaan Tahun Baru 2024 dalam Rangka Solidaritas Gaza

Yopi Makdori — Asumsi.co

featured image
Unsplash/Leonard von Bibra/Ilustrasi Perayaan Tahun Baru

Pakistan hingga sebuah kota di Uni Emirat Arab (UEA) melarang perayaan Tahun Baru 2024 dalam rangka solidaritas terhadap pembantaian yang menimpa rakyat di Jalur Gaza, Palestina oleh pasukan Israel.

“Mengingat situasi yang sangat mengkhawatirkan di Palestina dan untuk menunjukkan solidaritas dengan saudara-saudara kita di Palestina, akan ada larangan menyeluruh terhadap penyelenggaraan segala jenis acara sehubungan dengan perayaan Tahun Baru,” kata kata Perdana Menteri sementara Pakistan, Anwar-ul-Haq Kakar dalam pengumumannya yang disiarkan secara nasional, Kamis (28/12/2023), dikutip dari Voice of America (VOA).

Kakar menyebut apa yang menimpa warga Gaza sebagai bentuk nyata genosida. Mengingat Israel menyerang warga Gaza yang tanpa senjata serta banyak anak-anak yang menjadi korban.

Langkah semisal juga diambil Sharjah, sebuah kota di UEA. Kepolisian Sharjah melarang penggunaan kembang api pada perayaan Malam Tahun Baru 2024. Langkah itu ditempuh sebagai ekspresi solidaritas terhadap masyarakat Gaza.

Melansir Reuters, polisi Sharjah pada Selasa (27/12/2023), memperingatkan konsekuensi hukum bagi siapa pun yang melanggar larangan tersebut.

“Larangan tersebut merupakan ekspresi tulus solidaritas dan kerja sama kemanusiaan dengan saudara kita di Jalur Gaza,” kata Kepolisian Sharjah dalam postingan dinas itu di Facebook.

Sharjah merupakan emirat terbesar ketiga dari tujuh emirat di UEA berdasarkan ukuran dan jumlah penduduk setelah Abu Dhabi dan Dubai. UEA menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 2020 dalam sebuah langkah yang membuka jalan bagi negara-negara Muslim lain untuk membangun hubungan dengan Israel.

Negara-negara Muslim di seluruh dunia, termasuk Pakistan, dengan tajam mengkritik kampanye militer Israel yang tiada henti dan mengintensifkan seruan untuk segera menghentikan permusuhan guna membantu mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi.

Sebanyak 2,3 juta penduduk di Jalur Gaza menderita kekurangan air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan, dan hanya sedikit bantuan yang masuk ke wilayah tersebut. Serangan udara dan operasi darat militer Israel telah menghancurkan sebagian besar Gaza dan menewaskan lebih dari 21.000 warga Palestina sejak 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Serangan tersebut dilancarkan setelah militan Hamas menyerbu perbatasan dengan Israel dan menyerang komunitas Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut Israel. Hamas juga menyandera sekitar 240 sandera, 129 di antaranya masih ditawan di Gaza. Militer Israel mengatakan 167 tentaranya tewas.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan kampanye militer sampai pemberantasan Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain, tercapai.

Baca Juga:

Ganjar Pranowo Capres Pertama yang Diterima Sri Sultan Hamengku Buwono X

Paket Kokain Senilai Rp4,6 Triliun Ditemukan Terdampar di Pantai Australia

TNI AL Gagalkan Penyelundupan 3,3 Kg Sabu di Perairan Sebatik

Share: Pakistan hingga Uni Emirat Arab Larang Perayaan Tahun Baru 2024 dalam Rangka Solidaritas Gaza