Amerika Serikat (AS) memveto resolusi yang diajukan Uni Emirat Arab dan didukung lebih dari 90 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dari 15 negara anggota Dewan Keamanan (DK) PBB, 13 di antaranya mendukung resolusi gencatan senjata. Hanya Inggris yang memilih abstain.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres memberi peringatan keras saat memulai pertemuan terbaru membahas krisis di Gaza, Palestina.
“Kondisi untuk pengiriman bantuan kemanusiaan yang efektif sudah tidak ada lagi,” ucapnya.
Menurut Guterres, mata dunia dan mata sejarah sedang mengawasi tindakan PBB. Termasuk, menuntut komunitas internasional ini melakukan segala kemungkinan untuk mengakhiri penderitaan rakyat Gaza.
“PBB berkomitmen penuh untuk tetap tinggal dan memberikan bantuan bagi masyarakat Gaza,” tutur Guterres.
Resolusi yang gagal disahkan itu mempertimbangkan seruan Guterres yang prihatin atas krisis di Gaza serta menekankan pentingnya perlindungan warga sipil Palestina dan Israel.
Dewan Keamanan PBB menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera, pembebasan sandera segera dan tanpa syarat, serta akses kemanusiaan. Namun, Dewan Keamanan PBB tidak mengutuk serangan teror yang dilakukan Hamas pada Sabtu (7/10/2023).
Perwakilan Tetap Prancis, Nicolas de Rivière menilai, tindakan Guterres itu benar dalam meningkatkan kewaspadaan atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza.
“Karena alasan inilah Perancis mendukung resolusi ini dan karena alasan itulah kami memohon gencatan senjata kemanusiaan segera dan permanen,” tutur de Rivière.
Ia menyesalkan kegagalan resolusi tersebut. “Sayangnya sekali lagi, Dewan ini gagal. Dengan kurangnya persatuan dan penolakan untuk sungguh-sungguh melakukan perundingan dalam melakukan hal ini, krisis di Gaza semakin buruk dan berisiko meluas,” ucapnya.
Sementara itu, perwakilan Rusia, Dmitriy Polyanskiy mengatakan, diplomasi AS meninggalkan dunia yang hangus.
“Jika gencatan senjata segera dihalangi lagi oleh AS, bagaimana negara tersebut bisa memandang mata mitra-mitranya?” ucapnya.
Ia meminta AS untuk membuat pilihan yang tepat dan mendukung tuntutan diakhirinya kekerasan di Gaza.
Serangan Israel Berlanjut
Serangan Israel terhadap pemukiman sipil di Jalur Gaza terus berlanjut. Baru-baru ini, tentara Israel (IDF) meledakkan Fakultas Kedokteran pada Universitas Islam di Gaza. Laporan menunjukkan bahwa bangunan tersebut diledakkan dengan bahan peledak yang ditanam yang mengindikasikan adanya penghancuran yang disengaja tanpa risiko apa pun.
Komunitas internasional telah menyatakan kemarahan mereka atas dampak perang saat ini terhadap infrastruktur medis di Gaza, karena para profesional dan fasilitas medis menjadi sasaran selama perang.
Baca Juga:
KemenPAN-RB Rancang Rekrutmen ASN Tiap 3 Bulan Sekali
Ma’ruf Amin Sebut Debat Cawapres untuk Ukur Kemampuan, Lebih Elok Tak Didampingi Capres
Sejumlah Advokat Somasi Presiden Jokowi atas Dugaan Penyalahgunaan Wewenang