Dua rumah sakit (RS) terbesar di Gaza, Al-Shifa dan Al-Quds berhenti menerima pasien baru karena pemboman Israel serta kekurangan obat-obatan dan bahan bakar.
Seorang ahli bedah saraf di RS Al-Shifa, Nidal Abu Hadrous mengatakan, pasien dan staf medis menghadapi situasi bencana tanpa listrik dan air. “Ini tidak akan bertahan lama. Diperlukan intervensi segera untuk menyelamatkan staf dan pasien,” ucap Nidal Abu Hadrous, dilansir dari Al Jazeera.
Sebanyak tiga perawat meninggal dunia akibat pemboman Israel di dekat RS Al-Shifa. Selain itu, 12 pasien, termasuk dua bayi prematur juga meninggal dunia akibat pemadaman listrik. Apalagi, infrastruktur penting, termasuk fasilitas kardiovaskular dan bangsal bersalin, telah rusak parah.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Terdros Adhanom Ghebreyesus menyebut, situasi di RS Al-Shifa mengerikan dan berbahaya. Kata dia, Al-Shifa tidak berfungsi sebagai RS lagi.
“Dunia tidak bisa berdiam diri sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan,” tutur Tedros dalam sebuah postingan di X.
WHO mengungkapkan, sebanyak 600-650 pasien, 200-500 petugas kesehatan, dan sekitar 1.500 pengungsi internal masih berada di RS tanpa jalan keluar yang aman. Pasukan Israel telah mengepung fasilitas medis di utara Gaza, termasuk RS Al-Shifa. Pejabat Israel menuduh fasilitas medis di utara Gaza terletak di atas pusat komando Hamas.
Pejabat Hamas dan pihak RS membantah bahwa kompleks tersebut menyembunyikan infrastruktur militer. Orang-orang di dalam RS tersebut melaporkan bahwa pasukan Israel secara langsung menargetkan kompleks tersebut dengan amunisi dan penembak jitu.
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, Muhammad Abu Salmiya, menolak pernyataan Israel dan menyebutnya sebagai “propaganda”.
“Israel ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak membunuh bayi. Mereka ingin menutupi citranya dengan 300 liter bahan bakar, yang hanya bisa bertahan selama 30 menit,” ujar Abu Salmiya.
Lebih dari separuh dari 35 rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi di tengah pemboman Israel dan operasi darat di daerah kantong tersebut, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada Sabtu (7/10/2023). Kampanye Israel untuk melenyapkan Hamas telah menyebabkan sedikitnya 11.078 warga Palestina meninggal dunia.
Pejabat kesehatan belum memperbarui jumlah korban tewas sejak Jumat (10/11/2023), dengan alasan runtuhnya layanan dan komunikasi di RS.