Anak mantan Presiden Gus Dur, Yenny Wahid baru-baru ini mendeklrasikan dukungannya kepada pasangan Calon Presiden Ganjar Pranowo dan Calon Wakil Presiden Mahufd MD dalam Pilpres 2024 mendatang. Tepatnya pada Jumat, (27/10/2023) di Hotel Borobudur, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Beberapa pihak menilai dukungan Putri Gus Dur ini bisa membawa perubahan dinamika politik di Pilpres 2024. Hal ini dikarenakan Yenny Wahid juga dianggap sebagai representasi dari organisasi Islam kenamaan Nahdlatul Ulama (NU).
Perempuan yang memiliki nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, ini merupakan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974. Ia adalah seorang aktivis perempuan yang penuh dedikasi dan telah menjalani peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan toleransi yang merupakan warisan intelektual ayahnya, K.H. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur.
Hal tersebut dia lakukan melalui The Wahid Institute, lembaga yang didirikan oleh Alm. Gus Dur pada tahun 2004, dengan tujuan mewujudkan visi Gus Dur dalam mempromosikan pemikiran Islam moderat.
Tidak hanya berkutat pada wacana dan teori semata, Yenny juga terjun langsung dalam politik praktis, mengikuti jejak ayahnya. Bahkan, ia pernah menjadi staf khusus bidang Komunikasi Politik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun, perjalanan politiknya tidak selalu mulus. Yenny pernah menghadapi berbagai konflik dalam kariernya, salah satunya saat ia dipecat dari jabatan Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada tahun 2008. Hal itulah yang menyebabkan dirinya dan keluarga masih berkonflik dengan Ketua Umum PKB Cak Imin.
Kendati mengalami turbulensi ini, Yenny tidak menyerah. Ia bahkan mendirikan partai politik sendiri, Partai Kedaulatan Bangsa (PKB), dan menjadi ketua umumnya.
Semua langkah berani ini diambil Yenny dalam konteks kepemimpinan Gus Dur yang menjadi Presiden RI ke-4. Dengan keyakinan dan didikan yang kuat dari keluarganya, Ia mampu mengatasi berbagai rintangan di dunia politik.
Meskipun berasal dari keluarga pesantren, Yenny memilih pendidikan sekuler, menjalani studi komunikasi visual di Universitas Trisakti. Sebagai wartawan, ia berkontribusi sebagai koresponden untuk koran Australia, The Sydney Morning Herald, dan The Age di Melbourne. Selama tiga tahun, Yenny melaporkan konflik di Timor-Timur dan Aceh.
Namun, ketika ayahnya terpilih sebagai presiden RI, putri Gus Dur itu meninggalkan dunia jurnalistik untuk mendampingi dan mendukung Gus Dur. Ini adalah periode yang penuh tantangan, terutama mengingat keterbatasan fisik ayahnya.
Dukungannya kepada pasangan Calon Presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam Pilpres 2024 sebetulnya tidak lepas dari pengalaman kedua paslon tersebut dimasa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.
Ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden Indonesia, Calon Presiden Ganjar Pranowo diketahui menjabat sebagai anggota DPR, sementara Mahfud MD ketika itu menjadi menteri Pertahanan.
Setelah Gus Dur tidak lagi menjabat sebagai presiden, Perempuan kelahiran Jombang itu melanjutkan pendidikannya di Universitas Harvard dan meraih gelar Master in Public Administration.
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 2004, ia memimpin Wahid Institute, lembaga yang berperan penting dalam mempromosikan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Gus Dur. Yenny Wahid menjadi contoh seorang wanita kuat dengan latar belakang unik dan telah berperan besar dalam membawa pesan-pesan penting ke masyarakat Indonesia.