Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman bakal merekrut prajurit karier calon Tamtama, Bintara dan Perwira Tahun Anggaran 2022 dengan latar belakang santri.
Ternyata, niat Dudung ini bukanlah barang baru di Tentara Nasional Indonesia. Kehadiran TNI bersama para santri memiliki sejarah panjang. Bahkan tercatat sinergitas keduanya membangun bangsa sudah berlangsung sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia.
Bersama Tumpas Penjajah
“Buku Api Sejarah” karya Ahmad Mansyur menuliskan ulama dan santri bersama pemerintah dan TNI bekerja sama menumpas penjajah Portugis, Belanda, hingga pendudukan Jepang.
Para Ulama Warosatul Ambiya bersama santri dibantu dengan peranan TNI bersama-sama membangun kesatuan dan persatuan membela negara RI Proklamasi 17 Agustus 1945, membubarkan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan menegakkan kembali NKRI 17 Agustus 1950.
“Santri dan TNI juga bersinergi bersama pemerintah menumpas kudeta PKI pada tahun 1965. Peranan santri bagi bangsa ini juga terlihat melalui kehadiran Partai Politik Islam Indonesia Masyumi,” tulis buku tersebut.
Diwakili Perdana Menteri Soekiman Wirjosandjojo, Partai Masyumi berperan dalam mengesahkan lambang negara Garuda Pancasila di tahun 1950, serta menyelenggarakan Pemilu DPR serta Konstituante lima tahun kemudian.
Sementara itu, mantan Panglima TNI (Purn) Jenderal Gatot Nurmantyo menyebutkan bahwa dalam sejarahnya kekuatan TNI bersama para ulama dan santri menghadirkan Resolusi Jihad.
“Resolusi Jihad bersentuhan langsung dengan kedaulatan Republik Indonesia,” ucap Gatot dikutip dari laman resmi Komando Korps Paskhas.
Empat Peristiwa Penting
Gatot menuturkan ada empat peristiwa penting di tahun 1945 saling mempengaruhi dan saling menguatkan antara TNI bersama ulama dan santri.
Pertama, peristiwa tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, kemudian momen dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober yang menjadi cikal bakal kehadiran TNI.
Selanjutnya, TNI bersama para ulama dan santri mencetuskan Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945. Terakhir, keterlibatan ulama dan santir dalam perang di Surabaya pada 10 November 1945 yang akhirnya dikenal sebagai Hari Pahlawan.
Ia mengatakan hikmah dan pelajaran yang diperoleh peristiwa dari Resolusi Jihad, menghadirkan sejarah perjuangan melawan penjajah yang saat itu dikumandangkan oleh Rois Aam NU, K.H. Hasyim Asy’ari.
“Para santri berkumpul di seluruh wilayah Jawa dan Madura, mengatur langkah strategi perjuangan sebagai kewajiban mempertahankan tanah air dan bangsanya,” ungkapnya.
Menurutnya, para ulama dan santri bukan sekedar pejuang, melainkan juga pelaku perjuangannya, terutama dalam konteks Resolusi Jihad dalam melawan penjajah.
“Sejarah menggambarkan betapa ulama dan santri merupakan sebuah guru perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tandasnya.
Berakhlak dan Cinta Rakyat
Kembali ke pernyataan Dudung, KSAD menilai prajurit dari kalangan santri terjamin secara akhlak dan pendidikan agamanya. Sehingga kehadiran mereka mampu melayani rakyat dengan baik dengan etika dengan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan.
“Saya akan merekrut prajurit, baik tamtama maupun perwira ini khusus para santri. Dari pesantren-pesantren. Sudah pasti terjagalah masalah akhlaknya itu. Perilakunya akan dijaga,” kata Dudung dikutip dari pernyataan yang disiarkan kanal YouTube TNI AD.
Ia menambahkan, merekrut prajurit TNI dari kalangan santri merupakan wujud cerminan dari TNI yang mewakili seluruh kalangan dari berbagai golongan masyarakat dan agama.
Hal ini, kata dia sesuai dengan arahan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Kehadiran santri sebagai prajurit TNI juga akan semakin menguatkan bukti militer yang tak akan menakuti dan menyakiti hati rakyat.
“Maka, implementasinya adalah rakyat harus sayang kepada TNI. TNI AD harus lebih cinta dan sayang kepada rakyatnya,” ucapnya.
Selain memiliki akhlak yang baik, prajurit dari kalangan santri ini diyakininya juga mampu menjadi prajurit-prajurit yang berakhlak, mampu berhadapan dengan berbagai situasi apapun mereka, serta lebih tertata dari segi komunikasi publik.
Selain kalangan santri, Dudung menyebutkan TNI AD bakal merekrut calon prajurit dari lintas agama. Bagi calon prajurit yang beragama Muslim dan berasal dari kalangan santri ini akan diberlakukan syarat khusus.
“Jadi dari pesantren-pesantren termasuk dari lintas agama, khususnya dari muslim ada syarat khusus tafsir Alquran,” imbuhnya.
Buka Pendaftaran
Dudung mengatakan tahapa pendaftarannya akan mulai dibuka pada awal tahun depan. Harapannya kehadiran prajurit dari kalangan santri dan lintas agama bisa memberikan manfaat besar untuk menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Akun Twitter TNI AD pun telah mengunggah pengumuman dibukannya pendaftaran calon prajurit dari kalangan santri dan lintas agama. Berdasarkan informasi tersebut, dipastikan seluruh proses pendaftaran tidak dipungut biaya alias gratis.
“Bergabunglah Bersama Kami Menjadi Bintara PK Khusus Santri dan Lintas Agama TA. 2022,” cuit akun @tni_ad.
Ada dua posisi yang disiapkan untuk mereka yaitu calon Bintara (Caba) PK Wanita dan calon Bintara (Caba) PK Pria. Proses awal pendaftaran Caba PK Wanita akan dibuka secara daring pada 3 Januari sampai 10 Juli 2022. Tahap daftar ulang dan validasi dilakukan pada 11 sampai 22 Juli 2022.
Sedangkan proses awal pendaftaran Caba PK Pria dibuka pada 3 Januari sampai 10 Agustus 2022 secara daring. Daftar ulang dan valdasinya akan dikakukan pada 11 sampai 23 Agustus 2022.
Apresiasi MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi TNI AD yang memiliki rencana untuk merekrut prajurit dari kalangan pesantren dan golongan santri. Namun bukan berarti gagasan ini tak perlu dikritisi.
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas mengatakan rekrutmen prajurit untuk para santri ini mesti diperluas. Ia mengatakan santri yang direkrut jangan hanya berasal dari pesantren-pesantren saja.
“Santri yang direktut ini juga dari sekolah-sekolah agama. Kan itu juga santri namanya. Rekrutmen dari sekolah-sekolah agama ini juga perlu untuk mereka dari lintas agama seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu,” ujarnya kepada Asumsi.co melalui sambungan telepon, Rabu (8/12/2021).
Menurutnya, kehadiran santri dan lulusan dari sekolah agama lainnya menjadi bagian TNI penting dan semestinya sudah dilakukan sejak lama.
Sebab, kehadiran mereka sebagai prajurit militer diharapkan bisa menjadi tentara-tentara yang mengerti secara baik dari segi nilai-nilai agamanya serta mampu mengimplementasikannya dengan baik.
“Ini sangat penting karena seperti kita ketahui segala yang kita lakukan di negeri ini, kalau itu terkait dengan urusan dan masalah negara maka menurut Undang-undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1, dikatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,” tuturnya.
Anwar mengharapkan kehadiran para santri sebagai bagian dari TNI AD Ini bisa menjaga Indonesia tidak menjadi negara yang sekuler, sekaligus jauh dari nilai-nilai agama.
“Apalagi menjadi negara atheistik. Itu jangan sampai terjadi. Indonesia harus menjadi sebuah negeri yang menghormati agama, maju, berkeadilan, berakhlak, dan bermoral. Maka rakyatnya bisa hidup dengan rukun dan damai serta sejahtera dan bahagia,” pungkasnya. (zal)
Baca Juga: