Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) sore, menyebabkan 13 warga meninggal dunia. Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Asumsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang dan tim gabungan masih meneruskan proses pencarian dan evakuasi warga yang terdampak atau pun yang diperkirakan hilang.
Jumlah 13 orang yang meninggal berdasarkan informasi langsung pukul 09.20 dari Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto, S.Sos, M.M. Adapun yang baru teridentifikasi dua orang berasal dari Curah Kobokan dan Kubuan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Selain itu, sebanyak 41 orang yang mengalami luka-luka, khususnya luka bakar, telah mendapatkan penanganan awal di Puskesmas Penanggal.
Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph. D mengatakan, beberapa korban luka juga dirujuk menuju RSUD Haryoto dan RS Bhayangkara. Sementara itu, warga luka lainnya ditangani pada beberapa fasilitas kesehatan, yaitu 40 orang dirawat di Puskesmas Pasirian, 7 orang di Puskesmas Candipuro, serta 10 orang lain di Puskesmas Penanggal di antaranya terdapat dua orang ibu hamil.
“Tim gabungan juga berhasil melakukan evakuasi warga yang tadi malam dilaporkan Wakil Bupati Lumajang terjebak di kantor pemilik tambang,” kata dia.
Saat ini para warga telah ditempatkan di Pos Curah Kobokan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Adapun informasi mengenai sebaran awas panas guguran juga berdampak pada dua kecamatan, antara lain Kecamatan Pronojiwo pada Desa Pronojiwo, Oro-oro Ombo, Sumberurip, serta Dusun Curah Kobokan di Desa Supiturang serta Kecamatan Candipuro pada Dusun Kamarkajang di Desa Sumberwuluh dan Desa Sumbermujur.
Selain itu terdapat delapan kecamatan dan beberapa desa yang terdampak abu vulkanik seperti Kecamatan Ampelgading pada Desa Argoyuwono, Kecamatan Tirtoyudo pada Desa Purwodadi dan Desa Gadungsari, Kecamatan Pagelaran pada Desa Clumprit, dan Kecamatan Wajak pada Desa Bambang.
Ditemukan juga dampak di Kecamatan Kepanjen pada Desa Panggungrejo dan Mojosori, Kecamatan Dampit pada Kelurahan Dampit, Kecamatan Bantur pada Desa Bantur dan Rejosari, serta Kecamatan Turen pada Desa Talok.
Warga Mengungsi
Muhari menambahkan, berdasarkan catatan BPBD Kabupaten Lumajang ada 902 warga yang mengungsi. Mereka tersebar di sejumlah titik kecamatan antara lain 305 orang yang mengungsi di beberapa fasilitas pendidikan dan balai desa di Kecamatan Pronojiwo serta 409 lainnya di lima titik balai desa di Kecamatan Candipuro. Sebanyak 188 orang juga mengungsi di empat titik yang terdiri dari rumah ibadah dan balai desa di Kecamatan Pasirian.
Menurut Muhari, kejadian sebaran awan panas guguran Semeru juga menyebabkan beberapa rumah warga tertutup material vulkanik serta memutus jembatan Gladak Perak di Curah Kobokan yang menjadi akses penghubung Lumajang dan Malang.
“BPBD Kabupaten Lumajang menggunakan alat berat wheel loader membuka akses jalan Curah Kobokan serta melakukan pendataan lanjutan terkait kerugian materil lainnya akibat peristiwa ini,” kata Muhari.
Berdasarkan pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, saat ini Gunung Semeru masih dalam status level II atau waspada. Adapun pemantauan kondisi udara melalui radar accuweather Udara mencapai tingkat polisi tinggi dan berdampak negatif terhadap kelompok yang masuk dalam kategori rentan, yaitu lansia, ibu hamil, disabilitas, serta anak-anak.
Pantauan secara visual juga menunjukkan awan panas guguran telah berhenti dikarenakan kondisi hujan di sekitar puncak kubah lava Gunung Semeru.
“BPBD terus melakukan koordinasi bersama perangkat desa setempat dan Pos Pengamat Gunung Api terkait pemutakhiran aktivitas Gunung Semeru,” ucap dia.
BPDB Kabupaten Lumajang juga mengimbau masyarakat setempat agar tidak melakukan aktivitas di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur di Curah Kobokan dan DAS lainnya maupun beberapa tempat yang dimungkinkan menjadi tempat aliran guguran awan panas.
Baca Juga