Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK) mengusulkan sejumlah opsi transportasi massal untuk mengatasi kemacetan di Bandung Raya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Apa saja jenis transportasi massal yang ditawarkan pejabat yang akrab disapa Kang Emil ini kepada Presiden?
Emil mengungkapkan, alasan dirinya menyampaikan usulan transportasi massal kepada Presiden karena berdasarkan laporan yang diterimanya, tingkat kemacetan di Bandung Raya sekarang sudah menyentuh angka 40 persen.
Menurutnya, jika transportasi massal tidak segera dikembangkan, maka Bandung Raya diprediksi bakal mengalami kemacetan akut pada 2037 nanti. Dalam rencana yang dipaparkannya kepada Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Presiden, Kamis (3/8/2023) lalu, Emil mewacanakan dibangunnya kereta gantung (cable car).
Ia mengusulkan kereta gantung lantaran wilayah Cekungan Bandung banyak perbukitan. Sebelumnya, dirinya juga pernah mengusulkan rencana dibangunnya kereta gantung ke publik pada 2017 lalu, saat masih menjabat sebagai Walikota Bandung.
“Karena di Bandung ini adalah Cekungan, jadi banyak orang tinggal di bukit salah satu solusinya adalah cable car. Kereta gantung sangat murah dari segi pembangunannya,” ujar Emil melalui keterangan persnya.
Politikus jenaka itu menilai, pembangunan kereta gantung dianggap murah karena hanya bermodal tiang-tiang penyangga, dengan per kilometernya membutuhkan biaya sekitar Rp100 hingga 200 miliar merujuk perhitungan lima tahun lalu. Dalam gagasannya, Emil merencanakan pembuatan cable car sebanyak 5 koridor di sepanjang 30 km.
Selain itu, Emil juga mengungkapkan rencana mengembangkan jaringan bus rapid transit (BRT) di wilayah Cekungan Bandung. Pengembangan BRT, kata dia dilakukan hingga 2027 dengan target 455 bus yang beroperasi.
“Saya kira BRT ini paling cepat, sampai sekarang sudah akan kami rilis dalam dua tiga bulan tetapi hanya untuk jalur pertama dan jalur kedua saja,” ucap suami dari Atalia Praratya ini.
Tak hanya itu, Ridwan Kamil juga mengusulkan opsi transportasi massal lainnya, yakni membangun jalur kereta ringan alias light rail transit (LRT) dalam kota yang dilakukan, di atas jalur rel kereta peninggalan kolonial Belanda.
Pengembangan LRT ini, kata dia bakal menjadi jalur serbaguna. Nantinya, jika proyek ini mendapatkan persetujuan, maka di bagian paling bawah terdapat kereta api. Sedangkan di atasnya akan ada akses pejalan kaki. Selain itu, pada bagian atasnya disediakan jalur LRT.
“Kami akan memanfaatkan jalur kereta warisan kolonial itu sekarang kan hanya satu fungsi antar provinsi, Jakarta-Bandung-Surabaya. Kita bisa bikin tiga lantai tanpa melakukan pembebasan lahan. Jadi, ada jalur pejalan kaki, ada LRT jarak dekat, itu bisa dieksekusi dengan cepat, butuh keputusan teknis aja,” tandasnya.