Isu Terkini

Mengukur Potensi Fahri Hamzah Jadi Jubir Jokowi

Tesalonica — Asumsi.co

featured image
ANTARA/Boyke Ledy Watra

Presiden Joko Widodo sampai saat ini belum memilih siapa yang akan menjadi juru bicaranya semenjak Fadjroel Rachman ditunjuk menjadi duta besar. Sejumlah nama bermunculan lantaran dinilai layak menjadi juru bicara Jokowi yang baru.

Salah satu nama yang santer dikaitkan dengan jabatan jubir Jokowi adalah Fahri Hamzah. Namun, mantan politisi PKS sekaligus mantan Wakil Ketua DPR ini merupakan sosok yang dikenal kritis terhadap Jokowi.

Usulan terhadap Fahri pertama kali disuarakan oleh mantan jubir KPK Febri Diansyah. Meski beroposisi dengan Jokowi, sosok Fahri seorang politisi tidak menutup kemungkinan menjadi pengikut Jokowi.

Kriteria

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan jubir Jokowi harus bukan orang yang sembarang. Jubir baru harus memahami seluk beluk Jokowi secara mendalam.  

“Kriteria pertama jubir Jokowi adalah memahami karakter dan kepribadian Jokowi. Jadi, lebih kepada personal, memahami kebatinan, hati nuraninya, juga tentu kebijakan-kebijakannya pak Jokowi,” ujar Ujang kepada Asumsi.co, Jumat (12/11/2021).

Ujang melihat jubir Jokowi sebelumnya tidak memenuhi kriteria tersebut. Hal itu, kata dia terlihat dari tidak diikutsertakannya Fadjroel dalam sejumlah kegiatan dan proses pengambilan kebijakan yang dilakukan Jokowi.

Keadaan itu pada akhirnya menimbulkan sekat dan perbedaan sikap antara Fadroel dengan Jokowi. “Akhirnya dalam tanda petik dibuang menjadi dubes,” ujarnya.

Ujang menuturkan jubir presiden berbeda dengan jubir pemerintah yang merespons banyak hal terkait kinerja kementerian seperti ketika dijabat Harmoko pada era presiden Soeharto. Sedangkan jubir presiden, menurutnya harus mampu menerjemahkan segala hal terkait dengan Jokowi untuk disampaikan kepada masyarakat.

Potensi Fahri

Ujang membenarkan Fahri dapat masuk sebagai salah satu kandidat jubir Jokowi. Dia melihat ada sejumlah keuntungan yang akan diperoleh Jokowi jika mengangkat Fahri sebagai jubir, salah satunya dapat meminimalisir kritik.

Fahri juga berpotensi dipilih mengingat Partai Gelora dekat dengan Jokowi sejak awal didirikan olehnya dan Anis Matta, yang juga mantan kader PKS.

“Untung bagi Jokowi, rugi bagi narasi publik. Karena nanti pihak-pihak yang kritis terhadap Jokowi itu jadi berkurang. Sedangkan yang kita butuhkan saat ini adalah orang-orang siapapun dia termasuk akademisi atau pengamat yang ada di tengah, mengkritisi kebijakan pemerintah,” ujar Ujang.

Jika nantinya dipilih, Ujang menyebut Fahri akan menghadapi sejumlah tantangan. Fahri harus mampu mengkomunikasi apa yang diinginkan dan dipikirkan Jokowi untuk rakyat.

Selain kegagalan Fadjoel, keberadaan KSP atau staf khusus juga masih belum berhasil mengkomunikasikan keinginan dan pikiran Jokowi dengan baik, justru memperkeruh keadaan.

Selain Fahri, Ujang mengakui ada beberapa calon lain yang juga berpotensi menjadi jubir Jokowi. Namun, dia melihat Fahri merupakan sosok yang paling potensial saat ini untuk dipilih jika tidak mendapat mendapat penolakan dari internal istana.

Jubir bukan sekedar speaker

Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai Jokowi tidak membutuhkan jubir. Dia menyinggung keberadaan buzzer yang bertugas untuk merespons segala kritik publik.

“Jubir-jubir ini sebenarnya tidak banyak fungsinya juga. Itu agak berbeda di zamannya Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono),” ujar Ray kepada Asumsi.co.

Ray menyampaikan jubir di era SBY bergerak menemui orang. Dia tak menyebut siapa yang dimaksud, namun dia menyebut kala itu jubir SBY mampu melakukan lobi hingga meredakan ketegangan, bukan hanya seperti speaker.

Adapun potensi Fahri sebagai jubir Jokowi, Ray menilai tidak tepat. Dia berkata Fahri bukan tipe orang yang bisa melobi dan mendengarkan orang.

Sehingga, dipilihnya Fahri menjadi jubir akan membuat Jokowi akan bersifat menyerang terhadap semua pihak yang mengritiknya. Fahri dinilai akan memiliki peran yang sama seperti Ali Mochtar Ngabalin yang terbilang keras dalam merespons kritik publik terhadap Jokowi.

“Jadi yang saya bayangkan, jubir yang dibutuhkan oleh Jokowi adalah jubir yang seperti di zaman Pak SBY,” ujarnya.

Berdasarkan catatan, SBY pernah menunjuk sejumlah orang menjadi jubirnya, seperti Julian Aldrin Pasha, Andi Mallarangeng, hingga Dino Patti Jalal.

Ray menambahkan dipilihnya Fahri justru hanya akan menguntungkan partai Gelora. Sebab, secara tidak langsung partai itu akan semakin populer berkat beragam komentar Fahri ketika menjabat.

“Kalau Fahri juga mau menerimanya ini semakin meyakinkan orang kalau di Indonesia itu posisi menentukan sikap orang. Bukan sebaliknya, sikap orang menentukan posisi. Jadi kalau dia ada di luar, kencang. Kalau dia ada di dalam, adem,” ujar Ray.

Lebih dari itu, Fahri dinilai tidak akan menghadapi tantangan yang berarti sebagai jubir jika orang yang diinginkan Jokowi harus mampu membuat pernyataan keras terhadap kritikus.

“Tapi, kalau Pak Jokowi membutuhkan figur yang bisa menenangkan, tidak melihat orang sebagai lawan politik mulu dan seterusnya, saya kira itu tantangan Fahri nanti,” ujarnya.

Dalam sejumlah kesempatan Fahri mengaku menolak untuk menjadi jubir Jokowi. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah pensiun dari urusan politik hingga 2024. Di media sosial juga dia berulang kali menolak meski tidak secara tegas.

Baca Juga:

Share: Mengukur Potensi Fahri Hamzah Jadi Jubir Jokowi