Kasus COVID-19 di Cina kembali melonjak akibat varian Delta yang tak terkendali. Pemerintah setempat pun semakin memperketat penguncian wilayah (lockdown).
Situasi di Cina yang kembali mencekam ini membuat para warga negara asing (WNA), khususnya para ekspatriat berbondong-bondong kabur untuk kembali ke negaranya masing-masing.
Ledakan Kasus: Data Worldometers Minggu (7/11/2021) melaporkan, kasus baru COVID-19 di Cina meledak mencapai 97.734. Data terkini juga menyebutkan, angka kematian virus corona pun meningkat sampai lima persen dengan total 4.636 kematian.
Adapun rata-rata peningkatan kasus aktif COVID-19 per hari di Cina sebesar 1.137 kasus. Melansir Financial Times, kondisi ini membuat para WNA tak nyaman hingga memutuskan mereka kabur dari Negeri Tirai Bambu melalui jalur penerbangan, sebelum penguncian wilayah semakin ketat dan pergerakan mereka kian terbatas.
Wilayah Lockdown: Daerah di China yang saat ini memberlakukan penguncian wilayah antara lain kota Heihe, Lanzhou, dan Eijin hingga kawasan distrik di Changping hingga Xinjiang. Tak menutup kemungkinan, bila kondisi kian parah lockdown akan diperluas demi menghindari penyebaran COVID-19 kepada WNA di Cina.
Pengaruhi Ekonomi: Perwakilan Kamar Dagang AS di Shanghai, Ker Gibbs mengatakan situasi ini jelas akan kembali memukul perekonomian China. Pasalnya keberadaan investor asing sangat berpengaruh di sana.
Lockdown yang semakin ketat, lanjut dia, memicu para ekspatriat memutuskan untuk keluar dari China. Para calon investor yang tadinya mau berinvestasi di sana pun batal. Penyebabnya, mereka kesulitan mengurus visa bisnis dan tak bisa memboyong keluarga masing-masing.
Guncang Industri Bisnis: Ker Gibbs mengungkapkan sejak kembali terjadinya ledakan kasus COVID-19 hingga diputuskan kembali memberlakukan lockdown, perusahaan asing di China kembali kesulitan menjalankan operasional mereka yang mesti terus berjalan.
Survei terkini konsultan bisnis China menyebutkan, saat ini 70 persen perusahaan asing di sana kesulitan mencari pekerja-pekerja baru. China pun bakal bersiap kembali mengalami guncangan industri bisnis seperti saat virus Corona kali pertama melanda negara tersebut.
Baca Juga