Di tengah ramainya kabar ancaman inflasi di tahun ini, memicu perbincangan soal bagaimana kita bisa tetap aman secara finansial. Sontak, istilah financial freedom atau kemerdekaan finansial ramai dibicarakan. Lantas, sebetulnya apa sih yang dimaksud dengan financial freedom?
Tak Bisa Diraih Instan: Melansir artikel Allianz, financial freedom atau kemerdekaan finansial merupakan kondisi saat seseorang bebas dari segala utang, serta memiliki investasi. Tak hanya itu, financial freedom juga harus membuat kita memiliki cukup uang dan simpanan untuk mencukupi gaya hidup yang diiginkan dalam waktu relatif lama.
Financial freedom membuat seseorang bisa menghasilkan kekayaan yang lebih besar dibanding gaya hidup mereka secara personal. Namun untuk bisa mencapai financial freedom, bukanlah hal yang mudah. Bekerja setiap hari, tak lantas menjamin kita dapat mencapai financial freedom secara instan.
Hitung Uang dan Utang: Ekonom Grant Sabatier menyebutkan, setidaknya dalam financial freedom ada tujuh tahapan untuk mencapai kebebasan finansial. Tahap pertama adalah clarity yang mengharuskan kita memeriksa situasi keuangan terlebih dahulu. “Mulai dari seberapa banyak uang yang dimilik, hingga menghitung berapa banyak utang, dan menentukan tujuan yang ingin diraih,” ujar Sabatier.
Tahapan berikutnya adalah self-sufficiency, yaitu jika ingin mandiri secara finansial maka harus memiliki penghasilan yang cukup untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, tanpa bantuan orang lain apalagi orang tua. Selanjutnya, tahapan ketiga adalah breathing room, yaitu masuk kepada kategori orang memiliki sisa uang setelah membayarkan biaya hidup, kemudian sisa uang tersebut bisa digunakan untuk mencapai tujuan finansial lain contohnya seperti menabung dana darurat, hingga investasi.
Tersedia Dana Darurat: Grant Sabatier menuturkan, di tahap keempat untuk meraih puncak kebebasan finansial adalah stability. Kondisi ini, membuat seseorang tidak lagi memiliki utang dalam bentuk apapun. Di tahap ini, kita juga sudah memiliki dana darurat yang nilainya setara dengan biaya hidup selama enam bulan. Tahap berikutnya adalah flexibility. Kondisi ini adalah saat sudah tidak lagi memiliki utang dan tersedia dana darurat yang cukup untuk setidaknya membayar biaya hidup, selama dua tahun ke depan.
Level selanjutnya adalah financial independence, saat kita telah mencapai kemandirian finansial dalam hidup melalui pendapatan yang diperoleh dari hasil investasi. Bentuk investasinya bisa dari properth, hingga yang menghasilkan suku bunga. Terakhir adalah abundant wealth atau saat kita berada pada kondisi tidak memiliki kekhawatiran finansial, lantaran memiliki kekayaan yang berlimpah.
“Di sini, seseorang memiliki uang yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Saat sudah sampai di level ini, maka tidak perlu khawatir lagi mengenai uang yang dimilikinya,” tutur Sabatier
Tentukan Target: Allianz menuliskan, generasi millenial yang terlahir antara tahun 1980 hingga 1995 sudah harus mulai memikirkan cara untuk meraih financial freedom. Maka, semakin ditanamkan sejak dini untuk memulai memikirkan dan menjalankannya, maka akan semakin bijak dapat mengatur keuangan agar lebih cepat mencapai kebebasan tersebut. Supaya target financial freedom bisa terarah, maka perlu menentukan tujuan yang ingin diraih dengan menakar gaya hidup yang selama ini dijalankan. Berikutnya, penting untuk mengatur budget bulanan demi kesehatan keuangan kita. Langkahnya, menentukan pos-pos keuangan mana saja yang harus diprioritaskan.
“Tentukan budget untuk self-reward setiap bulannya dan jaga agar tidak melebihi jumlahnya. Idealnya, setiap bulannya, kita juga harus menyisihkan sebagian dari pendapatan. Salah satunya dengan 50/30/20 budget rule, yaitu 50 persen untuk kebutuhan, 30 persen untuk hal yang diinginkan, dan 20 persen untuk tabungan,” tulis artikel tersebut.
Belajar Investasi: Hal yang penting juga adalah terus belajar dan memperbanyak ilmu keuangan, khususnya terkait investasi. Dengan mempelajari soal investasi, maka kita juga bisa memahami gejolak pasar saham yang sebetulnya, wajar terjadi namun tetap harus berhati-hati.
“Pergolakan ini seharusnya tidak perlu menjadi kekhawatiran besar. Fokus pada profil risiko dan tujuan investasi jangka panjang,” demikian ditulis sumber yang sama.
Baca Juga:
Pentingkah Menabung Bersama Pasangan Sebelum Menikah?