Isu Terkini

Tik Tok Makin Melejit, Bagaimana Nasib Media Sosial Lain?

Admin — Asumsi.co

featured image
Unsplash/ Solen Feyissa

Di era teknologi digital seperti saat ini, rasanya hampir tidak mungkin setiap orang tidak memiliki minimal satu akun media sosial. Bagi yang mengalami masa remaja di era awal 2000an, keberadaan media sosial mulai mengubah gaya dan pola komunikasi serta interaksi kehidupan.

MRIC dan Yahoo Messanger sebagai platform chatting yang mendominasi, lalu keberadaannya mulai tergerus BBM Messenger dan tergantikan dengan Whatsapp.

Saat itu juga ada Kaskus yang muncul sebagai jawara komunitas lokal cikal bakal penjualan online karena di situ ada Forum Jual Beli, dan sekarang sayang sekali, saya tidak tahu lagi nasibnya Kaskus.

Saya juga ingat pada saat itu ada platform Friendster yang paling terkenal di kalangan generasi muda di “jamannya”, kemudian lenyap ketika kehadiran Facebook dengan tampilannya yang segar muncul satu paket dengan chat messanger-nya.

Tapi dapat dikatakan, saat itulah, era media sosial makin tumbuh subur. Beragam platform terus muncul, ada yang hilang karena ditinggalkan pengikutnya atau makin eksis, seperti Instagram, Twitter, dan yang terkini ada Tik Tok.

Lalu mengapa media sosial begitu diminati? Apapun itu, semua bertujuan sama yaitu membangun persepsi dan personal branding.

Lalu apa itu persepsi? Berasal dari bahasa Latin yang berarti perceptio, persepsi merupakan bentuk kemampuan kognitif seseorang dalam mengambil dan memberi serta menafsirkan pesan, yang melibatkan penginderaan kita. Sedangkan personal branding adalah persepsi yang dimunculkan tentang diri seseorang, paling mudah terlihat dari penampilan atau apa yang melekat dari diri seseorang.

Keberadaan media sosial menjadi salah satu alat paling kuat untuk membangun hal tersebut khususnya di khalayak publik. Keberadaan media sosial sungguh membutuhkan kebijaksanaan penggunaannya serta kecerdasan dalam berstrategi menyusun narasi dan konten yang akan dimunculkan.

Sekarang mari kita analisa satu persatu bagaimana kekuatan platform media sosial yang hampir dimiliki oleh banyak orang.

Boleh dikatakan, saat ini Tik Tok menjadi akun yang paling diminati oleh para Generasi Z. Mengutip data dari Business Apps, hingga akhir 2022 pengguna Tik Tok sudah memiliki 1,4 miliar pengguna. Keberadaan Tik Tok cukup terasa unik, karena di awal kemunculannya sekitar tahun 2017 para konten kreatornya sempat di “bully” karena dianggap “tidak mendidik”.

Namun sejak tahun 2020 an keberadaan Tik Tok mengalami pertumbuhan yang pesat. Entah karena pandemi sehingga banyak yang memiliki waktu luang bermedia sosial, Indonesia menjadi negara pengguna aktif ke dua terbesar setelah Amerika Serikat dengan jumlah penggunanya hampir 100 juta. Hal ini berdasarkan laporan dari We Are Social yang di terbitkan di tahun 2022.

Lantas, apa sebenarnya kelebihan Tik Tok? berkonsep video singkat yang catchy, dianggap dapat membangun pesan yang dan kedekatan melalui konten videonya. Jika Anda ingin memanfaatkan Tik Tok untuk memperkenalkan dan membangun persepsi atas produk/layanan yang ingin Anda tawarkan ke publik, ini adalah platform yang tepat.

Keberadaan Tik Tok bisa menjangkau reach audiens yang luas, asalkan konten video yang disusun benar – benar menarik, efektif dan demonstratif.

Kemudian, bagaimana keberadaan Tik Tok ini disikapi oleh media sosial yang sudah eksis lebih dulu seperti Instagram? Mungkin hal itu, yang membuat Instagram yang selama ini kita kenal sebagai platform untuk menampilkan foto, berinovasi mengeluarkan Instagram Reels yang juga berkonsep video singkat.

Tapi jelas, perbedaan utama terletak di para penggunanya. Instagram di dominasi oleh kaum milenial, sementara Tik Tok lebih disukai para Gen-Z.

Secara tampilan, konten yang muncul di Instagram juga lebih “estetik” pastinya memberi kesan berbeda terhadap konten Tik Tok. Eksistensi Instagram yang sudah ada lebih dulu membuatnya lebih mudah untuk diintegrasikan dengan platform lain.

Satu yang pasti, keduanya punya peran untuk membangun persepsi dan branding, tergantung apa yang ingin dituju.

Bagaimana pula dengan Facebook dan Twitter? Facebook yang sudah muncul sejak sekitar 2010 menjadi platform yang terus eksis dan bertahan hingga kini. Para penggunanya juga terdiri dari berbagai rentang usia (yang dominan generasi seperti saya). Kelebihan Facebook adalah bagaimana kemudahannya untuk menyebarkan penyampaian pesan.

Bayangkan, ketika Anda mengunggah sesuatu, lalu Anda menandai (tag) teman Anda, kemudian dia berkomentar dan menyebut nama teman lainnya, lalu teman yang lain menanggapinya, semua akan riuh berkomentar di kolom tersebut serta bisa terbaca oleh teman-teman lainnya yang sebenarnya tidak ada hubungannya.

Twitter juga unik, mengandalkan tulisan dengan karakter terbatas adalah kekuatannya membangun persepsi dengan mengandalkan reach dan influence. Tak heran, platform ini cukup digemari oleh banyak sekali para pemimpin dan top leader.

Boleh dikatakan, mereka cukup aktif menggunakannya, khususnya untuk membentuk hal-hal yang berpotensi membentuk opini publik.

Tentunya, Tik Tok yang semakin bersinar tidak serta merta membuat platform media sosial lain ditinggalkan penggunanya. Karena pada dasarnya, semua platform media memiliki keunggulan. Semuanya tergantung dari audiens yang ingin disasar dan kanal apa yang mereka gunakan.

Selama lintas generasi masih ada, berbagai kanal pastinya masih akan digunakan, hanya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyuguhkan konten yang ingin disampaikan, agar tidak blunder dan pesan yang ingin disampaikan, dapat dimengerti pemaknaannya sehingga mampu memberikan persepsi yang positif.

Dian Rufal, Praktisi Komunikasi dan Kandidat Doktoral Manajemen Stratejik Universitas Trisakti

Share: Tik Tok Makin Melejit, Bagaimana Nasib Media Sosial Lain?